Sejarah Pacu Jalur Riau yang Pikat PSG dan AC Milan lewat Aura Farming

Sejarah Pacu Jalur Riau yang Pikat PSG dan AC Milan lewat Aura Farming
Pacu Jalur Riau. (Dok Wonderful Indonesia/Istimewa)

Jakarta,sorotkabar.com - Pacu Jalur, tradisi mendayung perahu panjang dari Kuantan Singingi, Riau, kini menjadi sorotan dunia setelah video seorang bocah menari mengenakan kacamata hitam dan pakaian khas Melayu di ujung perahu viral di TikTok.

Fenomena ini, yang dikenal sebagai tren "Aura Farming" bahkan menarik perhatian klub sepak bola ternama, seperti Paris Saint-Germain (PSG) dan AC Milan, yang ikut menirukan gerakan khas anak tersebut dalam selebrasi mereka, bahkan hingga ke atlet NFL seperti Travis Kelce.

Istilah “Aura Farming” merujuk pada aksi yang memancarkan kepercayaan diri, seolah menjadi tokoh utama dalam sebuah momen. Popularitas ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengangkat budaya lokal Riau ke panggung global. Namun, di balik viralnya tren ini, apa sebenarnya sejarah Pacu Jalur yang kaya akan nilai budaya dan tradisi ini?

Asal-usul Pacu Jalur Riau

Pacu Jalur adalah perlombaan dayung tradisional yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Tradisi ini telah ada sejak abad ke-17, tepatnya sekitar 1890, dan awalnya digunakan sebagai sarana transportasi utama masyarakat di sepanjang Sungai Batang Kuantan.

Perahu panjang yang disebut "jalur" dibuat dari kayu gelondongan utuh, mampu mengangkut 40 hingga 60 penumpang serta hasil bumi, seperti pisang dan tebu.

Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur menjadi bagian dari perayaan adat, termasuk untuk memperingati hari kelahiran Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Setelah kemerdekaan Indonesia, tradisi ini terus dilestarikan dan diadakan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia, Maulid Nabi, Idulfitri, dan hari besar keagamaan lainnya.

Kini, Pacu Jalur telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Pemerintah Indonesia pada 2015 dan menjadi agenda pariwisata nasional Kharisma Event Nusantara (KEN), yang diselenggarakan setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan.

Unsur Budaya dan Spiritual dalam Pacu Jalur

Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan olahraga, tetapi juga perpaduan seni, sejarah, dan olah batin. Setiap perahu diperlombakan melibatkan 50 hingga 60 pendayung dengan peran khusus, seperti tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang onjai (pengatur irama di belakang), dan tukang tari atau anak coki (penari di ujung perahu yang menjaga keseimbangan dan ritme).

Gerakan tukang tari inilah yang kini menjadi viral sebagai tren "Aura Farming", menampilkan aksi penuh percaya diri dengan mengayunkan tangan mengikuti irama dayung.

Masyarakat Kuantan Singingi memercayai olah batin dari pawang atau dukun perahu memainkan peran penting dalam kemenangan. Ritual khusus dilakukan sejak pemilihan kayu, pembuatan perahu, hingga hari perlombaan. Perahu-perahu dihias dengan motif kepala hewan, seperti buaya, harimau, atau ular, yang melambangkan kekuatan dan keberanian.

Perkembangan Pacu Jalur di Era Modern

Setiap tahun, Festival Pacu Jalur menarik ribuan wisatawan domestik dan mancanegara. Pada 2024, acara ini diadakan pada 21–25 Agustus dengan 225 peserta jalur. Pemerintah Provinsi Riau mendukung penuh dengan mengalokasikan dana Rp 575 juta untuk hadiah, di antaranya Rp 70 juta untuk juara pertama.

Festival ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga pesta budaya yang mendongkrak ekonomi lokal, dari pedagang kaki lima hingga pengrajin.

Keunikan Pacu Jalur terletak pada kolaborasi tim yang luar biasa dan nilai estetika perahu yang panjangnya mencapai 25–40 meter. Perlombaan dimulai dengan tiga dentuman meriam: yang pertama untuk bersiap, kedua untuk kesiapan pendayung, dan ketiga sebagai tanda start.

Pacu Jalur adalah cerminan kekayaan budaya Indonesia yang menggabungkan sportivitas, seni, dan spiritualitas. Tradisi ini tidak hanya memperkuat semangat gotong royong masyarakat Kuantan Singingi, tetapi juga menjadi jembatan untuk memperkenalkan budaya lokal ke dunia.

Dengan viralnya tren "Aura Farming" Pacu Jalur Riau kini memiliki peluang besar untuk terus dikenal dan dilestarikan sebagai warisan budaya yang membanggakan.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index