Pyongyang, sorotkabar.com - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menuduh Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan ketegangan dan provokasi.
Kim Jong Un menyebut Semenanjung Korea tidak pernah menghadapi risiko perang nuklir seperti sekarang ini.
Dalam pidato saat menghadiri pameran militer di Pyongyang, seperti dilansir Reuters, Jumat (22/11/2024), Kim Jong Un mengatakan dirinya telah berusaha melakukan negosiasi dengan Washington tetapi hasilnya hanya menyoroti kebijakan "agresif dan bermusuhan" terhadap Pyongyang.
"Tidak pernah sebelumnya, pihak-pihak yang bertikai di Semenanjung Korea menghadapi konfrontasi yang berbahaya dan akut sehingga bisa meningkat menjadi perang termonuklir yang paling menghancurkan," sebut Kim Jong Un dalam pidatonya, seperti dikutip kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA).
"Kita telah melakukan negosiasi sejauh ini yang kita bisa dengan Amerika Serikat, namun apa yang kita yakini dari hasilnya bukanlah kesediaan negara adidaya itu untuk hidup berdampingan, namun sikap penuh kekuasaan dan kebijakan mereka yang agresif dan bermusuhan terhadap kita yang tidak akan pernah berubah," ujarnya.
Selama periode pertama kepresidenan Donald Trump, yang akan kembali menjabat Presiden AS pada Januari tahun depan, Kim Jong Un dan Trump telah menggelar tiga pertemuan bersejarah di Singapura, kemudian Hanoi di Vietnam dan di perbatasan kedua Korea pada tahun 2018 dan 2019 lalu.
Namun langkah diplomasi itu gagal mencapai hasil konkret karena adanya perbedaan antara seruan AS agar Korut meninggalkan senjata nuklirnya dan tuntutan Kim Jong Un untuk keringanan sanksi-sanksi bagi Pyongyang.
Trump selalu memuji hubungannya dengan Kim Jong Un, bahkan bulan lalu dia menyebut kedua negara "bisa mengalami perang nuklir yang menewaskan jutaan orang" namun dia berhasil menghentikannya karena hubungan mereka.
Media pemerintah Korut belum secara terang-terangan membahas terpilihnya kembali Trump sebagai Presiden AS.
Kim Jong Un, dalam pidatonya, menyerukan pengembangan dan peningkatan persenjataan Korut menjadi "versi ultra-modern", serta bersumpah untuk terus menggenjot kemampuan pertahanan demi memperkuat posisi strategis negaranya.
Pidato terbaru Kim Jong Un ini disampaikan saat kritikan internasional menghujani kerja sama militer antara Korut dan Rusia yang semakin mendalam, dengan Pyongyang mengirimkan lebih dari 10.000 tentaranya ke Rusia untuk mendukung perangnya melawan Ukraina.
Pekan lalu, Kim Jong Un mendorong militer Korut untuk meningkatkan kemampuan berperang, menyalahkan AS dan sekutunya karena memicu ketegangan hingga mencapai "fase terburuk dalam sejarah", dan menyebut Semenanjung Korea sebagai "titik konflik terbesar di dunia".(*)