Solo, sorotkabar.com - Kematian dokter di Sabah, Malaysia kini tengah menjadi perhatian di negara tersebut. Dokter itu ditemukan tewas pada 29 Agustus lalu dan diduga merupakan korban perundungan atau bullying. Jumat (18/10/2024)
Diketahui dokter tersebut bernama Tay Tien Yaa (30), seorang pemimpin Unit Patologi Kimia di Rumah Sakit Lahad Datu. Informasi dari keluarganya, dia diduga telah dianiaya dan ditindas oleh seniornya.
Kematiannya menjadi sorotan publik setelah saudara laki-lakinya mengunggah sebuah postingan Facebook pada September lalu. Dalam unggahan itu, dia mengaitkan kematian dokter tersebut dengan perundungan di tempat kerja.
Pemerintah Malaysia kemudian berjanji mengungkap kasus tersebut dan mulai membuat satuan tugas. Menteri Kesehatan setempat. Dzulkefly Ahmad menyebut kasus akan dibuka secara transparan.
"Singkatnya, ketika temuan tersebut disampaikan kepada kami, kami tidak akan merahasiakannya. Kami akan mengambil sikap tegas untuk mempublikasikan hasil berdasarkan prinsip akuntabilitas, tanggung jawab, dan transparansi," kata dr Dzulkefly, dikutip dari Malay Mail.
"Sangat penting bagi kami untuk mendekati masalah ini dengan cara ini, sehingga semua pihak dapat memperhatikan sepenuhnya," tambahnya.
Media lokal di Malaysia memberitakan gugus tugas independen yang dibuat Dzulkefly akan diketuai oleh mantan Direktur Jenderal Layanan Publik Borhan Dolah. Termasuk mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi, Profesor Dr. Siti Hamisah Tapsir, dan ahli patologi senior dan konsultan di University of Malaya Medical Centre, Profesor Emeritus Dr. Looi Lai Meng.
"Kementerian mengambil sikap tegas terhadap perundungan dan selalu menangani masalah seperti itu dengan transparansi dan pelaporan yang cepat setelah penyelidikan," kata Dr. Dzulkefly seperti dikutip The Star.
CNA sebelumnya melaporkan pekerjaan yang melelahkan dan lingkungan berisiko tinggi merupakan beberapa faktor di balik perundungan di tempat kerja dalam sistem layanan kesehatan publik Malaysia. Para ahli di sana juga meminta pihak berwenang menghukum pelaku dan membantu staf yang bekerja terlalu keras.
Sementara itu, Menkes terkait pada hari Kamis (17/10) menambahkan bahwa kementeriannya sedang menyelidiki kematian dokter lain pada bulan Juni yang bekerja di Rumah Sakit Seberang Jaya di Penang dan juga diyakini terkait dengan perundungan dan beban kerja yang berlebihan.
Dua tahun lalu, seorang perawat di Rumah Sakit Umum Penang juga dilaporkan bunuh diri setelah mengalami perundungan di tempat kerja.
Saat itu, pemerintah membentuk Gugus Tugas Peningkatan Budaya Kerja Layanan Kesehatan (HWCITF) untuk menyelidiki kematian dokter umum berusia 25 tahun tersebut, serta adanya anggapan bahwa budaya perundungan lazim di departemen kesehatannya.
Sebuah survei pada 2023 menemukan 30 hingga 40 persen dokter di Malaysia telah mengalami beberapa bentuk perundungan, dengan Asosiasi Medis Malaysia menyatakan keprihatinan yang mendalam atas temuan tersebut. Asosiasi tersebut juga di masa lalu mendesak para dokter untuk melaporkan perundungan di tempat kerja atau mengajukan laporan polisi.(*)