Pilot Turkish Airlines Meninggal Dunia Saat Penerbangan, Pesawat Mendarat Darurat di New York

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:25:58 WIB
Ilustrasi Turkish Airlines. (dok. Unsplash.com/@kevin_hackert)

Jakarta, sorotkabar. com – Seorang pilot Turkish Airlines meninggal setelah jatuh sakit saat menerbangkan pesawat dari Seattle di pantai barat laut Amerika Serikat ke Istanbul, Turki.

Juru bicara maskapai penerbangan itu menyampaikan di X, bahwa Kapten Ilcehin Pehlivan (59) hilang kesadaran di tengah penerbangan yang memaksa pilot kedua serta co-pilot mengambil alih kendali.

"Saat pertolongan pertama kepada kapten kami di pesawat tidak berhasil, awak kokpit… memutuskan untuk mendarat darurat, namun ia meninggal sebelum mendarat," jelas Yahya Ustun, juru bicara tersebut, dikutip dari BBC, Kamis (10/10/2024).

Pesawat Airbus A350 bernomor TK204 lepas landas dari Seattle sekitar pukul 19.00 waktu Pasifik pada Selasa malam, 8 Oktober 2024. Pilot tersebut terlihat mulai mengalami masalah kesehatan di wilayah Nunavut, Kanada, sebelum rekan-rekannya mengambil alih dan mengarahkan pesawat mendarat darurat di Bandara John F. Kennedy, New York, sekitar delapan jam setelah meninggalkan Seattle. Pilot meninggal dunia sebelum mendarat.

Pihak maskapai berencana menerbangkan kembali para penumpang dari sana.

Hingga kini, penyebab kematiannya masih diselidiki. Namun, Pehlivan yang telah terbang dengan Turkish Airlines sejak 2007, telah menjalani pemeriksaan kesehatan rutin pada awal Maret. Hasilnya, kata maskapai, tidak ditemukan masalah kesehatan yang mungkin memengaruhi pekerjaannya.

Asosiasi pengawas lalu lintas udara Turki, TATCA, mengatakan dia telah melayani komunitas penerbangan selama bertahun-tahun. Mereka berbelasungkawa kepada keluarga, teman, dan koleganya, atas kepergian sang pilot selamanya.

Insiden Serupa

Insiden serupa juga pernah terjadi dalam penerbangan LATAM Airlines dari Miami, Florida, ke Santiago, Chile, pada Senin, 14 Agustus 2023.

"LATAM Airlines Group S.A. menginformasikan bahwa pada 14 Agustus 2023, penerbangan LA505 (Miami - Santiago) dialihkan ke Bandara Internasional Tocumen di Panama karena keadaan darurat medis salah satu dari tiga anggota kru yang bertugas," kata maskapai itu kepada CNN dalam sebuah pernyataan terkait kronologi insiden tewasnya pilot, Kamis, 17 Agustus 2024.

"Sayangnya, setelah mendarat darurat dan menerima bantuan medis lebih lanjut, pilot meninggal dunia," sambung pernyataan itu.

Pihak maskapai menyebutkan pilot yang tewas sudah bekerja di LATAM Airlines selama 25 tahun. Perusahaan menyampaikan duka cita mendalam dan berterima kasih atas pengabdiannya, dedikasi, profesionalisme, dan antusiasmenya. Mengutip ABC News, LATAM Airlines mengatakan telah melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi nyawa pilot.

"Di LATAM Airlines kami sangat sedih dengan apa yang telah terjadi dan kami menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga karyawan kami", kata maskapai itu.

Pilot yang kemudian diidentifikasi sebagai Andaur diketahui memulai karir terbangnya sebagai pilot pesawat tempur untuk Angkatan Udara Chile pada 1985, sebelum pindah bekerja sebagai pilot komersial untuk LATAM pada 1998. Rekan-rekannya menggambarkan sosoknya sebagai orang yang baik hati, cerdas, "profesional luar biasa" dan "ayah yang berbakti". Ia meninggalkan seorang putri yang lahir pada 1994.

Insiden serupa juga menimpa seorang pilot American Airlines berusia 57 tahun pada 2015. Ia pingsan dan meninggal dalam penerbangan dari Phoenix ke Boston. Perwira pertama mengambil alih dan mendaratkan pesawat darurat di Syracuse.

Mengutip BBC, pilot harus menjalani pemeriksaan kesehatan setiap 12 bulan, sedangkan pilot berusia di atas 40 tahun harus memperbarui sertifikat kesehatan setiap enam bulan. Saat ini, dua pilot diharuskan berada di kokpit pesawat komersial besar setiap saat.

Namun, badan keselamatan penerbangan UE mengatakan teknologi sedang dikembangkan untuk memungkinkan seorang pilot mengoperasikan pesawat penumpang besar selama fase penerbangan. Tindakan seperti itu akan memungkinkan anggota kokpit lainnya untuk beristirahat.

Badan tersebut menekankan perlunya tindakan untuk memastikan keselamatan dan untuk menanggapi awak yang 'tidak mampu'. Meski demikian, Asosiasi Kokpit Eropa dan kelompok pilot lainnya telah bergabung untuk menentang inisiatif tersebut, dengan alasan bahwa pengurangan awak pesawat kapan saja akan membahayakan keselamatan di dalam pesawat. (*) 

Terkini