Pekanbaru,sorotkabar.com - Perekonomian Provinsi Riau diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun 2025 dengan kisaran 3,5-4,3 persen.
Proyeksi ini menunjukkan perbaikan yang signifikan dibandingkan angka historis sebelumnya, seiring dengan optimisme pelaku ekonomi yang didukung stabilitas inflasi dan peningkatan permintaan domestik.
Optimisme tersebut terungkap dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024.
Deputi Kepala Perwakilan BI Riau, Sudiro Pambudi mengatakan hingga triwulan III 2024, ekonomi Riau mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,46% (yoy), atau secara kumulatif tumbuh 3,53% (qtq).
Capaian ini didorong oleh membaiknya harga komoditas kelapa sawit, stabilnya inflasi, serta penguatan sektor konstruksi, industri pengolahan, dan perdagangan.
"Meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat ketegangan geopolitik, Riau mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonominya. Faktor pendukung utama adalah permintaan domestik yang tetap kuat serta daya saing ekonomi daerah," ujar Sudiro.
Dari sisi stabilitas harga, inflasi Riau pada Oktober 2024 tercatat berada di level 1,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,50% (yoy). Hal ini berkat keberhasilan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menjalankan berbagai program strategis, seperti Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang mencakup penguatan ketahanan pangan, kerja sama antar daerah, dan digitalisasi data pangan.
Kota Pekanbaru bahkan mendapatkan penghargaan sebagai TPID Berkinerja Terbaik Wilayah Sumatera tahun 2024.
Bank Indonesia juga berperan aktif dalam mendorong akselerasi inklusi keuangan dan ekonomi syariah, terutama melalui pengembangan UMKM berbasis teknologi dan program hilirisasi produk. Upaya lain dilakukan dengan digitalisasi sistem pembayaran, termasuk penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), yang telah mencatat pertumbuhan transaksi sebesar 126% (yoy) dengan lebih dari 36,8 juta transaksi hingga Oktober 2024.
Namun, Sudiro mengingatkan beberapa tantangan yang perlu diantisipasi ke depan. Di antaranya adalah penurunan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat akibat tanaman yang sudah tua, risiko La Nina yang memengaruhi produksi pangan, serta potensi penundaan investasi akibat transisi pemerintahan.
Melalui kolaborasi erat dengan pemerintah daerah dan sektor swasta, Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi Riau pada 2025 akan tetap solid.
"Kami berkomitmen untuk terus bersinergi dengan semua pihak guna mendorong transformasi ekonomi Riau yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya tahan menghadapi tantangan global," tutup Sudiro.
Sebelumnya Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam arahannya pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024, mengapresiasi peran Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan OJK dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Dirinya menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memperkuat stabilitas dan mendorong transformasi ekonomi nasional.
"Mari bersama semua unsur di semua bidang dengan semua keahlian, kita harus bekerja dalam satu kesatuan. Kita yakin kita akan mencapai apa yang kita cita-citakan," ujar Presiden Prabowo.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia yang diproyeksikan tumbuh kuat. Pada tahun 2025 ekonomi nasional diperkirakan akan tumbuh di kisaran 4,8-5,6% dan berlanjut pada 2026, didorong konsumsi swasta, investasi, dan ekspor.
Inflasi diperkirakan terkendali dalam sasaran 2,5±1% berkat konsistensi kebijakan moneter, fiskal, dan GNPIP. Stabilitas eksternal dan keuangan tetap terjaga, dengan digitalisasi yang terus berkembang. Namun, Gubernur Perry menekankan pentingnya mewaspadai lima tantangan global: perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, lambatnya penurunan inflasi global, tingginya suku bunga negara maju, kuatnya dolar AS, serta arus modal keluar dari pasar berkembang ke negara maju.(*)