Dunia Terancam Malaria, Timor Leste Justru Dinyatakan Bebas

Dunia Terancam Malaria, Timor Leste Justru Dinyatakan Bebas
Dunia Terancam Malaria, Timor Leste Justru Dinyatakan Bebas

Jenewa,sorotkabar.com –  Kabar kurang sedap datang dari dunia kesehatan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (4/12/2025) melaporkan bahwa angka kematian yang terkait dengan malaria kembali mengalami peningkatan signifikan sepanjang tahun lalu.

WHO juga mengeluarkan peringatan keras mengenai lonjakan kasus baru serta munculnya resistensi terhadap metode pengobatan yang ada saat ini.

Laporan terbaru mencatat ada sekitar 282 juta kasus dengan 610.000 kematian di seluruh dunia pada tahun 2024. Angka ini sedikit naik dibandingkan 12 bulan sebelumnya yang menegaskan bahwa penyakit yang ditularkan nyamuk ini masih menjadi masalah kesehatan global yang serius dan berkelanjutan.

Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan kekhawatirannya. Menurutnya, kombinasi antara lonjakan kasus dan pemotongan dana global "mengancam untuk memutar balik kemajuan yang telah kita buat selama dua dekade terakhir."

Meski demikian, Tedros tetap menyuntikkan optimisme. "Tidak satu pun dari tantangan ini yang tidak dapat diatasi. Dengan kepemimpinan negara-negara yang paling terkena dampak dan investasi yang ditargetkan, visi dunia bebas malaria tetap dapat dicapai," tegasnya.

Afrika Masih Jadi Titik Panas Benua Afrika tetap menjadi wilayah yang paling parah terdampak. Data menunjukkan Afrika menyumbang 94 persen dari total kasus dan 95 persen kematian akibat malaria. Yang lebih memilukan, mayoritas korban (75 persen) adalah anak-anak di bawah usia lima tahun (balita).

WHO menyoroti lima negara yang menyumbang lebih dari separuh jumlah kasus global yaitu, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Mozambik, Nigeria, dan Uganda.

Di tengah kabar buruk, WHO mencatat kemajuan tetap berjalan. Sejak vaksin malaria pertama disetujui pada 2021, sebanyak 24 negara telah meluncurkan program imunisasi rutin.

Program kemoprevensi, penggunaan obat pencegah infeksi selama musim hujan atau risiko tinggi, kini diterapkan di 20 negara. Cakupannya meluas drastis, menjangkau 54 juta anak pada tahun 2024, melonjak jauh dari hanya 200.000 anak pada tahun 2021.

Kabar baik lainnya, WHO telah memberikan sertifikasi "bebas malaria" kepada 47 negara dan satu wilayah. Yang terbaru mencakup Tanjung Verde dan Mesir pada 2024, serta Georgia, Suriname, dan tetangga Indonesia, Timor Leste, pada tahun 2025.

Direktur Malaria dan Penyakit Tropis Terabaikan WHO, Daniel Ngamije, menyebutkan bahwa "perang" melawan malaria sempat terhenti dalam beberapa tahun terakhir. Pemicu utamanya adalah perubahan iklim, konflik geopolitik, serta resistensi nyamuk terhadap insektisida dan obat-obatan.

Ngamije menambahkan bahwa kurangnya pendanaan membuat situasi makin runyam. Kini terdapat "risiko nyata berupa kebangkitan penyakit yang masif dan tak terkendali," ujarnya.

Target WHO untuk menekan angka kematian pun dinilai masih jauh panggang dari api. Angka 610.000 kematian pada 2024 setara dengan 13,8 kematian per 100.000 orang—masih tiga kali lipat lebih tinggi dari target global yang dipatok sebesar 4,5 kematian per 100.000 orang.(*)

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index