Karbon Biru Jadi Kerangka Baru Kebijakan Iklim Indonesia

Karbon Biru Jadi Kerangka Baru Kebijakan Iklim Indonesia
ANTARA FOTO/Andry DenisahFoto udara perahu terparkir di dermaga kampung warna warni di Kelurahan Tondonggue, Kecamatan Nambo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (24/6/2025).

Jakarta, sorotkabar.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan peta jalan karbon biru menjadi fondasi utama aksi iklim Indonesia untuk memperkuat ketahanan pesisir serta ekonomi nasional.

Ia menyampaikan hal ini dalam peluncuran Peta Jalan dan Panduan Aksi Ekosistem Karbon Biru Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil.

Trenggono mengatakan ekosistem karbon biru merupakan aset iklim penting bagi Indonesia sehingga membutuhkan kerangka aksi yang menghubungkan sains, kebijakan, dan pendanaan.

Peta jalan tersebut disusun untuk meningkatkan perlindungan, pemulihan, dan pengelolaan ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa asin pasang surut sebagai satu kesatuan sistem pesisir dan laut.

Dokumen yang disusun Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan itu menjadi panduan terkoordinasi menuju ekonomi kelautan rendah karbon dan tahan iklim.

Kerangka tersebut juga mengintegrasikan pemantauan dan pembiayaan agar kebijakan karbon biru selaras dengan agenda nasional seperti FOLU Net Sink 2030 dan Nilai Ekonomi Karbon.

Trenggono menekankan pentingnya koalisi global dalam aksi iklim berbasis laut serta menyampaikan bahwa peluncuran dokumen ini bertepatan dengan tonggak peningkatan ambisi iklim Indonesia. Ia menyebut Second Nationally Determined Contribution (SNDC) kini memasukkan sektor kelautan dan perikanan secara eksplisit dalam mitigasi dan adaptasi.

“Langkah ini menandai pengakuan bahwa laut bukan hanya korban perubahan iklim, tetapi juga sumber solusi global,” ujar Trenggono.

Ia menambahkan pendekatan lintas ekosistem dalam peta jalan ini membuka manfaat bagi keanekaragaman hayati, ketahanan pesisir, keamanan pangan biru, dan peluang ekonomi berkelanjutan.

“Perjuangan global menghadapi perubahan iklim membutuhkan kepemimpinan, kebijakan yang konsisten, dan solidaritas yang nyata. Dari hutan dan laut Indonesia, kami menawarkan solusi iklim untuk masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Trenggono.

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menilai dokumen tersebut menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam menghubungkan aksi darat dan laut.

“Melalui penguatan ilmu pengetahuan, kebijakan strategis, dan kerja sama internasional, Indonesia ingin memastikan bahwa kontribusi karbon biru dapat terintegrasi ke dalam sistem nilai ekonomi karbon dan pasar karbon nasional,” ujarnya.

Penyusunan peta jalan melibatkan dukungan teknis dari Global Green Growth Institute dan pendanaan Pemerintah Kanada.

Dokumen tersebut akan menjadi acuan utama pelaksanaan kebijakan karbon biru berintegritas tinggi di seluruh kawasan pesisir Indonesia.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index