Jakarta,sorotkabar.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan banjir yang melanda Kota Semarang kali ini bukan sekadar genangan, melainkan cerminan kompleksitas sistem tata air yang membutuhkan langkah penanganan terpadu.
Hujan menjadi pemicu utama, tetapi sejumlah faktor lain seperti penurunan muka tanah, keterbatasan saluran pembuangan, serta pembangunan infrastruktur di kawasan pesisir turut memperparah kondisi banjir yang bertahan lebih dari dua pekan.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, yang meninjau langsung sejumlah titik kritis banjir di Kota Semarang, memastikan seluruh sistem pompanisasi, saluran air, dan fasilitas pendukung berfungsi dengan baik, serta mengidentifikasi hambatan teknis di lapangan yang mengganggu proses pembuangan air ke laut.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Rumah Pompa Tenggang di Kelurahan Terboyo Kulon. Seluruh pompa di lokasi tersebut dipastikan beroperasi dengan baik untuk mengalirkan air menuju Kolam Retensi Terboyo. BNPB bersama instansi terkait juga mengerahkan sejumlah pompa portabel guna mempercepat proses penurunan genangan.
“Alhamdulillah. Hari ini sudah terealisasi. Seluruh pompa sudah hidup,” ungkap Budi, Sabtu (1/11/2025).
Setelah itu, peninjauan dilanjutkan ke pintu pembuangan air (outlet) Kolam Retensi Terboyo yang terletak di kawasan proyek pembangunan Tol Laut. Area ini direncanakan berfungsi sebagai tanggul penahan rob guna mencegah air laut melimpas ke daratan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa aliran air dari kolam retensi belum dapat mengalir optimal ke laut karena adanya dua pintu pembuangan yang juga berfungsi sebagai jembatan sementara untuk mobilisasi kendaraan proyek.
Guna memastikan sistem pembuangan bekerja efektif, Budi melakukan peninjauan menggunakan perahu karet di area tersebut. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan, ditemukan sejumlah hambatan teknis yang memerlukan penanganan lintas sektor secara segera.
BNPB kemudian melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional (BBPJN), Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Kodam IV/Diponegoro, serta pihak pengembang proyek untuk melaksanakan langkah korektif di lapangan.
Beberapa keputusan langsung diambil, antara lain pembongkaran dan pembuatan sodetan pada bagian yang menghambat laju air, serta penerapan inovasi teknis untuk memastikan sistem tata air dapat berfungsi lebih efektif dan berkelanjutan.
Selain itu, Budi juga mendorong pemasangan pompa tambahan oleh BBWS guna mempercepat pengaliran air dari kolam retensi yang tertahan akibat proses pembangunan tanggul. Seluruh langkah ini langsung dilaksanakan di lapangan pada hari yang sama.
“Pompa-pompa juga akan kita tempatkan di ujung, yang menjadi sumber masalah. Kalau sudah kita tempatkan, semoga dapat lebih mengurangi genangan air,” kata Budi.
Sebagai bentuk penguatan, BNPB juga membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pompanisasi yang bertugas memastikan seluruh pompa beroperasi secara maksimal selama 24 jam dan menangani setiap kendala teknis yang muncul di lapangan secara cepat.
“Alhamdulillah. Satgas pompanisasi sudah terbentuk dan mulai bekerja. Sudah ada juga grup jaringan komunikasi, sehingga jika ada kendala akan segera ditangani,” kata Budi.
Peninjauan tersebut menjadi momentum untuk menyatukan langkah antarinstansi dalam mengurai akar permasalahan banjir Kota Semarang. Namun demikian, penanganan di darat membutuhkan dukungan upaya mitigasi di udara, mengingat intensitas hujan yang masih tinggi di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya.
Sebagai langkah pendukung, BNPB menambah satu armada pesawat dalam Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang kini beroperasi dari Bandara Adi Soemarmo, Solo. Penambahan ini memperkuat operasi serupa yang telah berjalan dari Bandara Ahmad Yani, Semarang. Operasi OMC difokuskan pada penyemaian bahan Natrium Klorida (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO) ke awan potensial hujan di wilayah perairan utara dan selatan Jawa, dengan tujuan mengendalikan pembentukan awan hujan sebelum mencapai daratan.
“Selain pompanisasi, kita juga melaksanakan operasi modifikasi cuaca. Dari satu pesawat sudah kita tambahkan jadi dua. Satu ada di Ahmad Yani dan satunya lagi di Adi Soemarmo, Solo,” tutup Budi.
Melalui rangkaian langkah tersebut, BNPB menegaskan pentingnya pendekatan kolaboratif dan solusi terpadu dalam penanganan banjir. Fokus utama diarahkan bukan pada pencarian kesalahan, melainkan pada upaya bersama untuk memperbaiki sistem dan mencegah bencana berulang.
Koordinasi seluruh unsur pemerintah, TNI, akademisi, dan pelaku pembangunan terus diperkuat dalam satu komando, dengan tujuan utama memastikan keselamatan dan keberlangsungan hidup masyarakat.(*)