Ternyata, Pusat Data AI Sedot Air Ratusan Miliar Liter per Tahun

Selasa, 23 Desember 2025 | 21:58:31 WIB
Ternyata, Pusat Data AI Sedot Air Ratusan Miliar Liter per Tahun

Jakarta,sorotkabar.com — Ledakan penggunaan kecerdasan artifisial (AI) mendorong lonjakan jejak lingkungan global, dari emisi karbon hingga konsumsi air. Sepanjang 2025, kebutuhan air untuk menjalankan sistem AI diperkirakan setara dengan konsumsi industri air minum kemasan dunia.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Patterns dan dikutip Euronews menemukan pusat data yang menjalankan AI menghasilkan emisi karbon sekitar 32,6 juta hingga 79,7 juta ton karbon dioksida sepanjang 2025. Angka ini setara dengan emisi Kota New York yang mencapai 52,2 juta ton karbon dioksida pada 2023.

Pada batas terendah, emisi pusat data AI bahkan sedikit lebih tinggi dibanding emisi Norwegia pada 2023 yang tercatat 31,5 juta ton karbon dioksida. Pusat data tersebut menampung peladen yang menjalankan komputasi awan, streaming video, dan sistem AI berskala besar.

Kebutuhan energi pusat data terus meningkat seiring lonjakan permintaan AI, dan berdampak langsung pada konsumsi air untuk sistem pendinginan. Peladen mudah mengalami panas berlebih dan mengandalkan air sebagai komponen utama pengendali suhu.

Dalam laporan berjudul "The carbon and water footprints of data centers and what this could mean for artificial intelligence", disebutkan konsumsi air AI pada 2025 setara dengan penggunaan air minum kemasan global, yakni sekitar 312,5 miliar hingga 764,6 miliar liter. Air digunakan baik secara langsung untuk pendinginan maupun tidak langsung melalui pembangkit listrik, termasuk tenaga air.

Penelitian itu mencatat penggunaan air secara tidak langsung bisa mencapai empat kali lipat dibanding penggunaan langsung. Namun, keterbukaan data masih menjadi persoalan karena perusahaan teknologi besar enggan merinci konsumsi air dan energi pusat data mereka.

“Biaya lingkungan untuk ini sangat besar secara nilai absolut, saat ini masyarakat yang menanggung biaya ini bukan perusahaan teknologi, pertanyaannya adalah apakah ini adil? Mereka mengambil banyak keuntungan dari teknologi ini, mengapa mereka tidak membayar sebagian biayanya,” kata penulis laporan Alex de Vries-Gao, seperti dikutip The Guardian.

De Vries-Gao menyebut ini sebagai estimasi pertama yang secara khusus menghitung dampak AI terhadap konsumsi air. Hasilnya menunjukkan penggunaan air pusat data tiga kali lipat lebih besar dari perkiraan sebelumnya.

International Energy Agency (IEA) sebelumnya mengungkapkan kebutuhan listrik pusat data yang berfokus pada AI setara dengan smelter aluminium, salah satu industri paling boros energi. IEA juga memproyeksikan konsumsi listrik pusat data akan meningkat dua kali lipat pada 2030.(*)

Halaman :

Terkini