Depok,sorokabar.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis menyesalkan terjadinya bentrokan antara dua organisasi masyarakat Islam, yakni Front Persatuan Islam (FPI) dan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS), di Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah, pada Rabu (23/7/2025) malam.
Dalam pernyataannya, Kiai Cholil menyayangkan insiden kekerasan itu terjadi di tengah kegiatan keagamaan.
“Kejadian yang di Pemalang itu FPI dengan BWI. Ya Allah, sama-sama Muslim, sama-sama takbir Allah. Pengajian, masa gak bisa diajak baik-baik?” ujarnya dengan nada prihatin saat pengajian "Sabtuan" di Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok, Sabtu (26/7/2025).
Lebih jauh, Kiai Cholil juga menekankan pentingnya membangun persaudaraan dan persatuan antarumat Islam, serta menghindari sikap merasa diri paling benar. Ia mengingatkan bahwa Islam tidak mengajarkan kebencian, bahkan kepada non-Muslim sekalipun.
"Dan kita kok menjadi orang pembenci. Gak ada Islam mengajarkan kebencian. Gak ada. Hatta kepada non muslim itu gak boleh benci. Kita menyampaikan dakwah itu karena sayang. Biar mereka baik-baik, walaupun tak semua orang dapat hidayah," ujarnya.
Kiai Cholil pun mengajak kepada jamaahnya untuk terus belajar agama dengan guru yang benar, yang mencerminkan akhlak dan kasih sayang dalam dakwahnya.
“Jadi kita ngaji juga bukan berarti kita sudah benar. Makanya kita sering-sering muhasabah,” ucapnya.
Insiden bentrokan yang terjadi di Petarukan tersebut kini dalam penyelidikan aparat kepolisian. Sejumlah saksi telah diperiksa dan situasi di lokasi telah berangsur kondusif.
Polres Pemalang, dengan dukungan Polda Jawa Tengah (Jateng), akan mengungkap peristiwa bentrokan antara kelompok PWI-LS dan FPI. Massa dari kedua ormas tersebut bentrok ketika Habib Rizieq Shihab diundang mengisi pengajian di Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Rabu (23/7/2025) malam.
Kapolres Pemalang AKBP Eko Sunaryo mengungkapkan, 15 orang mengalami luka-luka akibat bentrokan antara PWI-LS dan FPI di Desa Pegundan. Sebanyak empat di antara korban luka adalah polisi.
“Kita akan melakukan pendataan terhadap para korban. Selanjutnya kita akan melakukan pendalaman dan penyelidikan,” ujar Eko, Kamis (24/7/2025).
Menurut dia, seharusnya jika ada keberatan terhadap kegiatan keagamaan, seperti pemilihan penceramah, bisa disampaikan dengan cara yang santun dan damai. Apalagi sudah ada aparat kepolisian yang mestinya mampu mencegah terjadinya konflik.
“Ini kita ini jangan mau diadu domba. Sesama muslimnya, di acaranya pengajian,” ucap Pengasuh Ponpes Cendikia Amanah ini.
Kiai Cholil menekankan pentingnya menjauhkan kekerasan dalam menyampaikan ajaran agama. Ia mengingatkan bahwa persoalan terkait keyakinan, seperti soal keturunan Nabi atau habaib, bukanlah bagian dari rukun Islam, dan tidak seharusnya menjadi pemicu konflik antarkelompok.
“Jangan sampai agama menjadi sumber konflik, apalagi sesama muslimnya. Dengan non-Muslim pun kita gak boleh dengan kekerasan, dengan konflik," kata Kiai Cholil
Ia pun meminta masyarakat agar tidak mudah terprovokasi dan tidak ikut-ikutan dalam kebencian. Menurutnya, jika suatu pengajian justru berisi hasutan, cacian, dan kemarahan kepada sesama, maka sebaiknya ditinggalkan.
“Kalau ada pengajian yang sekiranya hanya marah-marah, maki-maki orang, tinggalin pengajian itu. Siapapun ustaznya, kiainya, habibnya. Itu bukan pengajian, tapi panggung demo,” jelasnya.(*)