Sebanyak 9 Ton Garam Disebar di Atas Langit Minangkabau untuk Modifikasi Cuaca Sumbar

Sebanyak 9 Ton Garam Disebar di Atas Langit Minangkabau untuk Modifikasi Cuaca Sumbar
Modifikasi cuaca Sumbar.(ilustrasi/int)

Sumatera Barat, sorotkabar.com -Pemprov Sumatra Barat (Sumbar) telah menebar 9 ton garam selama sepekan terakhir untuk melakukan modifikasi cuaca.

Langkah ini diambil untuk mengurangi potensi dampak cuaca ekstrem yang diprediksi akan terjadi di wilayah tersebut.

“Dari pemantauan pergerakan awan sejak tanggal 20 lalu, ada kemungkinan akan terjadinya cuaca ekstrem di Sumbar,” kata Kepala BMKG Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan dilansir idntimes.com, Selasa (28/1/2025).

Desindra menjelaskan, kegiatan penebaran garam telah dimulai sejak 21 Januari 2025 dan awalnya direncanakan hanya berlangsung hingga 23 Januari.

Namun, berdasarkan pemantauan terbaru, operasi modifikasi cuaca diperpanjang hingga 28 Januari.

“Awalnya kami rekomendasikan untuk melakukan modifikasi cuaca ini hingga tanggal 23 saja. Tetapi melihat pergerakan awan, diperpanjang hingga hari ini,” ucapnya.

Menurut Desindra, total garam yang ditebar selama delapan hari tersebut mencapai sembilan ton.

Penebaran dilakukan di seluruh wilayah Sumbar, dengan fokus utama di daerah pesisir barat seperti Pesisir Selatan hingga Pasaman Barat.

Modifikasi cuaca ini bertujuan untuk meminimalisir curah hujan deras yang berpotensi memicu bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan banjir bandang di Sumbar.

“Karena sering terjadinya bencana seperti banjir, longsor hingga banjir bandang, makanya dilakukan modifikasi cuaca ini,” jelas Desindra.

Dengan langkah ini, curah hujan di Sumatra Barat sejauh ini berhasil ditekan agar tidak terlalu tinggi.

BMKG terus memantau perkembangan cuaca di wilayah tersebut guna memastikan kondisi tetap terkendali.

Desindra menambahkan, penebaran garam lebih difokuskan di wilayah pesisir barat, mengingat kawasan ini memiliki risiko tinggi terhadap cuaca ekstrem.

“Tapi fokusnya lebih ke wilayah pesisir barat Sumatra Barat seperti Pesisir Selatan hingga Pasaman Barat,” ujarnya.

Kegiatan modifikasi cuaca ini merupakan langkah mitigasi yang diharapkan mampu mencegah kerugian besar akibat bencana.

BMKG dan pemerintah daerah berkomitmen untuk terus memantau dan menyesuaikan strategi berdasarkan kondisi cuaca terkini.(*)

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index