Tokyo, sorotkabar.com - Seorang turis asal Amerika Serikat (AS) ditangkap otoritas Jepang atas tuduhan merusak sebuah kuil ternama di Tokyo. Turis berusia 65 tahun ini diduga mencoret-coret gerbang kayu tradisional yang ada di salah satu kuil terkenal di ibu kota Jepang dengan tulisan yang diukir.
Kasus ini menjadi salah satu contoh terbaru untuk perilaku buruk wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang pascapandemi.
Turis AS yang tidak disebut namanya itu, seperti dilansir AFP, Kamis (14/11/2024), diduga menggunakan kuku jarinya untuk mengukir tulisan pada salah satu pilar gerbang di Kuil Meiji Jingu, salah satu kuil paling terkenal di Tokyo. Aksi itu dianggap sang turis sebagai "prank".
Juru bicara kepolisian setempat mengatakan kepada AFP bahwa turis asing berjenis kelamin laki-laki itu ditangkap pada Rabu (13/11) waktu setempat "karena dicurigai merusak properti" di kompleks kuil di pusat kota Tokyo.
Insiden ini terjadi setelah seorang wanita asal Chile menuai reaksi keras di dunia maya, bulan lalu, karena memposting video dirinya sedang melakukan latihan pull-up di gerbang merah di kuil yang berbeda di Jepang.
Wanita yang merupakan influencer kebugaran itu dengan 139.000 followers di Instagram itu, kemudian mengunggah video permintaan maaf dan mengatakan "bukanlah niat saya untuk menunjukkan rasa tidak hormat".
Sejumlah besar wisatawan berbondong-bondong ke Jepang beberapa waktu terakhir, dengan jumlahnya mencapai angka yang belum pernah tercatat sebelumnya. Otoritas Tokyo menyatakan niat untuk menyambut 60 juta pengunjung per tahunnya hingga tahun 2030 mendatang -- dua kali lipat dibanding tahun 2019 lalu.
Namun sejumlah penduduk lokal sudah muak dengan perilaku para wisatawan asing yang tidak bisa diatur dan banyaknya pelanggaran etika, termasuk di Kyoto yang kaya akan tradisi, di mana penduduknya mengeluhkan adanya wisatawan yang melecehkan geisha terkenal di kota itu.
Sebuah kota di dekat Gunung Fuji, pada Mei lalu, memasang penghalang besar untuk menghalangi pengambilan foto oleh para turis di lokasi pengamatan populer di samping sebuah toko serba ada di mana semakin banyak orang yang datang untuk mendapatkan foto yang sempurna, bahkan hingga ke ruas jalanan setempat.
Penghalang itu telah dipindahkan saat ini, namun menurut para pejabat setempat, langkah itu berhasil mengurangi jumlah perilaku berisiko.
Langkah pengendalian massa yang baru juga diterapkan di jalur pendakian paling populer di gunung tersohor tersebut, yang sekarang dikenakan biaya masuk sebesar 2.000 Yen atau setara Rp 203 ribu.(*)