Ayah Bunuh Anak di Kudus Saat Korban Tidur,

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 17:36:08 WIB

Pekanbaru,sorotkabar.com - Daripada kelak nanti engkau akan membunuh ibumu , akan melakukan tindakan buruk hingga membuat orang tak tenang , maka engkau akhirnya dihabisi duluan .

Ya , mungkin itulah yang tersirat oleh S (65) seorang bapak di Kudus , Jawa Tengah hingga tega menghabisi anak kandungnya , BH (38) .

Korban ia pukul menggunakan linggis hingga meninggal ditempat . Aksi keji S ini dilatarbelakangi oleh emosinya yang sudah tak terbendung .

Perangai korban dinilai sudah sangat keterlaluan . Mulai dari mengancam membakar rumah ,membunuh ibunya , memukul adik-adiknya .

S yang akhirnya mendapatkan informasi korban yang kembali buat ulah , tanpa fikir panjang langsung melampiaskan emosinya .

S mengaku khilaf . Meski ia melakukan ( pembunuhan ) karena dasar emosinya ). Kini S harus mempertanggungjawabkan perbuatannya .

S (65), ayah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah diamankan polisi karena membunuh anaknya, BH (38) pada Selasa (15/10/2024).

Sebelum dibunuh oleh sang ayah, BH ternyata memukul sang ibu dan kerap meminta bagian warisan. Peristiwa tersebut terjadi di Desa Dersalam, Kecamatan Bae, Kabupatan Kudus.

BH adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan sudah berkeluarga serta tinggal di Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.

Di hari kejadian, BH bersama istrinya datang ke rumah orangtuanya pada Selasa malam sekitar pukul 23.00 WIB.

Ternyata saat itu BH marah-marah kepada sang istri dan meminta istrinya mencari pinjaman Rp 600.000 untuk membayar utang.

Pertengkaran BH dengan istrinnya dilaporkan sang adik, MAA kepada sang ayah yakni S yang saat itu berada di luar rumah.

Mendengar laporan MAA, S pun segera pulang dan menghampiri anak sulungnya, BH yang ada di rumah. S yang emosi ternyata mengambil linggis dari kandang ayam yang berada di belakang rumah.

"Sempat diingatkan anaknya MAA untuk mengurungkan niatnya, namun tersangka sudah terlanjur emosi," ujar Kapolres Kudus, AKBP Ronni Bonic.

Kapolres mengungkapkan, tersangka S sempat mengatakan kepada putra bungsunya MAA dengan kalimat "nek ora ngene, yo mben dino wonge ngamuk, misakke bojone bi ibuk.e nek dipateni'. Artinya, jika tidak seperti ini, setiap hari orangnya marah-marah, kasihan istrinya dan ibunya jika dibunuh.

S kemudian mendatangi BH yang tidur di ruang tengah dan memukulkan linggis yang ia bawa ke arah kepala anak sulungnya sebanyak tiga kali. Akibatnya, BH langsung meninggal dunia.

Perangai BH yang Tak bisa Ditolerir

Setelah melancarkan aksinya, S menyerahkan diri ke salah satu anggota kepolisian yang rumahnya tak jauh dari TKP.

Pihak Polres Kudus kemudian melakukan proses penyelidikan, olah TKP, pengamanan barang bukti, pemeriksaan saksi dan otopsi jasad korban.

"Motif tersangka melakukan tindak pembunuhan ada beberapa. Korban pernah mengancam ibu kandungnya dengan mengancam akan membakar rumah dan memukul adik-adiknya jika keinginan dia terkait pembagian waris tidak segera dipenuhi. Ibu kandungnya pernah dipukul korban dua kali dengan menggunakan tombak," kata dia.

"Istri korban sering diancam akan dibunuh dan sering terkena KDRT apabila yang diminta korban tidak dipenuhi. Adik kandung korban juga sering dapat ancaman dan pernah dipukul hingga trauma, kini selalu menghindar. Beberapa alasan tersebut melandasi tersangka S melakukan tindak kejahatan pembunuhan," tutur dia.

Mantan Residivis

Sementara itu Kasatreskrim Polres Kudus, AKP Danail Arifin menambahkan korban merupakan residivis empat kasus pidana yang berbeda yakni tindak pidana pencurian parfum, pencurian burung berkicau, kasus penganiayaan guru SMK, dan terlibat kasus pencurian dengan kekerasan.

Korban juga pernah menjalani tahanan di Lapas Nusakambangan. Saat ini korban tidak memiliki pekekerjaan tetap.

"Korban setiap dapat uang digunakan untuk mabuk-mabukan dan judi online, ditemukan di dalam HP.nya ada beberapa situs judi online," jelas dia.

Sementara itu tersangka S mengaku khilaf hingga menghabisi nyawa putranya. Kata dia, emosi sesaat tersebut sudah terbendung dalam kurun waktu tertentu.

"Emosi mendadak, anak di rumah ngamuk-ngamuk, tindakan spontan. Misal gak saya bunuh, di lain hari gak tenang keluarga saya. Saya misakke (kasihan) cucu dan menantu, menantu gak berani balik ke rumah diancam mau dibunuh. Ibunya juga pernah dipukul beberapa kali," terang dia kepada polisi.

Kasus ini sudah dalam penyidikan polisi . S tentu saja tetap bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan. (*)
 

Terkini