Samarinda,sorotkabar.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Timur (Kaltim) mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa daerah yang kian terancam punah, menyusul temuan riset terkait hilangnya penutur asli.
"Pelestarian bahasa daerah harus dimulai sejak dini dari sekolah," kata Subkoordinator Kurikulum dan Penilaian Disdikbud Kaltim Atik Sulistiowati di Samarinda, Jumat.
Bila tidak diperhatikan, kata dia, Kalimantan Timur berisiko besar kehilangan identitas budayanya. Kekhawatiran ini didasari oleh kajian Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kaltim yang mengungkap fakta bahwa Bahasa Kutai Muara Kaman bahkan sudah kehilangan penutur aslinya.
Sebagai respons, Disdikbud Kaltim kini telah merampungkan penyusunan kurikulum muatan lokal (mulok) berbasis bahasa daerah untuk seluruh jenjang SMA.
"Kalau tahun 2023 untuk kelas 10, tahun 2024 kelas 11, dan sekarang kami menyusun untuk kelas 12," jelas Atik.
Ia menyebut targetnya kini lengkap sudah tiga jenjang belajar muatan lokal Kaltim. Program ini melibatkan 20 penulis dan dua mentor akademisi untuk menyusun materi yang relevan.
Saat ini tersedia enam jenis mulok yang dapat dipilih sekolah, mencakup bahasa daerah, seni budaya, dan potensi sumber daya alam.
"Sekolah bebas memilih sesuai karakter daerahnya, misalnya di Paser memilih Bahasa Paser, di Berau memilih Bahasa Berau, di Kutai memilih Bahasa Kutai," ujarnya.
Langkah ini diambil, kata dia, agar siswa tetap mengenal dan menghargai bahasa daerah mereka masing-masing.
"Anak-anak harus tahu bahwa bahasa daerah mereka adalah bagian dari warisan budaya yang harus dijaga," ucap Atik.(*)