Jakarta,sorotkabar.com - Pakar Kesehatan dari Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Agung Nugroho, mengingatkan bahwa kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol bisa menjadi pintu masuk yang paling mudah bagi remaja untuk terjerat dalam penyalahgunaan narkoba.
Menurutnya, kedua perilaku ini secara signifikan menurunkan ambang batas risiko dan memudahkan transisi menuju zat yang lebih berbahaya.
"Kalau istilahnya anak sekarang kan FOMO (Fear of Missing Out) itu tadi. Cuma ya itu coba-cobanya kan jadi enggak benar. Remaja yang sudah terbiasa merokok atau minum alkohol risikonya makin besar untuk terjerat narkoba," ujarnya di Yogyakarta, Selasa (30/9/2025).
Ia menjelaskan pada prinsipnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar dan mudah terpengaruh oleh kelompoknya. Menurut dia, kebiasaan merokok di kalangan remaja Indonesia masih tinggi dan banyak dari mereka menganggap rokok sebagai simbol maskulinitas atau tanda kedewasaan.
Padahal, riset menunjukkan kebiasaan tersebut justru membuka peluang masuknya narkoba. "Ketika ditawarin rokok, remaja sering tidak tahu di dalamnya ada campuran ganja atau bahan berbahaya lain. Awalnya gratis, lama-lama mereka jadi kecanduan," kata dia.
Ia mengatakan bentuk narkoba kini semakin beragam, bahkan pernah ditemukan dalam permen yang membuat anak-anak kecanduan.
Situasi itu, menurut dia, membutuhkan kewaspadaan tinggi, baik dari orang tua maupun instansi. "Edukasi narkoba harus dilakukan sejak dini, meski memang penyampaiannya harus hati-hati. Tapi anak-anak perlu tahu bentuk narkoba, cara kerjanya, dan risikonya," ujarnya.
Selain rokok dan alkohol, lingkungan pergaulan juga memiliki pengaruh besar sebab remaja sering kali ingin diakui dalam kelompoknya sehingga cenderung mengikuti perilaku teman sebaya. "Orang tua harus sadar, mereka adalah 'role model'. Tidak mungkin melarang anak merokok sementara dirinya sendiri masih merokok. Keteladanan jauh lebih efektif daripada sekadar larangan," kata dia.
Menurut dia, tantangan terbesar dalam pencegahan narkoba berupa sikap permisif sebagian masyarakat. Ia mengatakan adanya anggapan bahwa narkoba bisa diobati sehingga tidak terlalu berbahaya.
Pandangan itu, menurut dia, justru berbahaya karena membuat remaja tidak takut mencoba. Ia berharap, para remaja berani berkata tidak sejak awal, bukan hanya saat ditawari narkoba, tetapi juga ketika ditawari rokok dan alkohol.
"Kalau bisa menolak pintu masuknya dulu, insya Allah risiko terjerat narkoba akan jauh lebih kecil," ujar Agung.(*)