Teheran,sorotkabar.com – Pemerintah Iran, pada Sabtu (28/6/2025), menggelar pemakaman kenegaraan massal untuk sekitar 60 orang korban, termasuk sejumlah komandan militer tinggi dan ilmuwan nuklir, yang tewas dalam perang 12 hari melawan Israel.
“Upacara penghormatan kepada para martir telah resmi dimulai,” demikian laporan televisi pemerintah Iran, disertai siaran langsung yang menunjukkan kerumunan warga berpakaian hitam mengibarkan bendera Iran di jalan-jalan ibu kota Teheran.
Prosesi pemakaman berlangsung di Lapangan Enghelab, lalu berlanjut menuju Lapangan Azadi, dua lokasi yang memiliki simbolisme nasional penting bagi Republik Islam tersebut.
Media pemerintah Iran, termasuk Iran International, merilis foto-foto peti mati yang dibungkus bendera dan berisi jenazah para pejabat tinggi yang tewas dalam serangan udara Israel.
Di antara tokoh yang terwas adalah Kepala Staf Angkatan Dersenjata Iran Jenderal Mohammad Bagheri, Komandan utama Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami, dan Kepala Pasukan Dirgantara IRGC yang dikenal sebagai arsitek program rudal Iran Amir-Ali Hajizadeh.
Ketiganya merupakan tokoh sentral dalam struktur keamanan Iran dan sangat berpengaruh dalam pengembangan kekuatan militer Iran, termasuk dalam strategi pertahanan udara dan dukungan terhadap milisi proksi di Timur Tengah.
Kematian mereka dipandang sebagai kerugian besar bagi Iran dan kemungkinan akan memicu eskalasi lebih lanjut di kawasan.
Konflik terbuka antara Iran dan Israel meletus sejak awal Juni 2025, setelah Israel menuduh Teheran mendalangi serangan terhadap kapal dagang di Laut Merah dan fasilitas gas di Haifa.
Israel membalas dengan serangan udara terkoordinasi yang menargetkan pangkalan militer, fasilitas nuklir, dan situs peluncuran rudal di wilayah Iran. Serangan ini merupakan yang paling intens sejak konflik bayangan kedua negara berlangsung lebih dari satu dekade.
Menurut laporan lembaga internasional seperti International Crisis Group, konflik ini menyebabkan setidaknya 300 korban jiwa di kedua belah pihak, termasuk 20 warga sipil di Iran dan 17 warga Israel, serta kerusakan infrastruktur strategis seperti jaringan listrik, pabrik petrokimia, dan pelabuhan.
Kematian tiga jenderal tersebut memicu gelombang duka nasional, sekaligus seruan pembalasan dari pejabat dan kelompok garis keras Iran.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut para korban sebagai “syuhada pembela Tanah Air dan Islam”.
Sementara itu, PBB dan sejumlah negara termasuk Rusia dan Tiongkok menyerukan deeskalasi dan pembentukan jalur diplomatik untuk mencegah perang terbuka berskala luas.
Di dalam negeri, pemakaman massal ini dimanfaatkan pemerintah untuk menggalang dukungan nasional di tengah tekanan ekonomi akibat sanksi dan instabilitas regional yang meningkat.(*)