Indragiri hulu, sorotkabar. com -
DI tengah hamparan hutan dan kebun sawit yang luas, tersembunyi sebuah sekolah kecil yang menjadi mercusuar harapan bagi anak-anak Desa Siambul, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu.
SDN 016 Kampung Baru, terutama di lokal jauh, berdiri tegak meski berada di lokasi terpencil dengan akses yang sulit.
Jalan menuju sekolah ini bukanlah jalan beraspal mulus yang bisa dilalui dengan kendaraan mewah. Ketika hujan turun, jalan tanah menjadi lumpur licin yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki selama 30 menit. Setiap hari, Hairul Dhani, seorang guru muda asal Lampung, menapaki jalan ini demi mendidik anak-anak pedalaman.
Sejak dua bulan terakhir, Dhani menjadi satu-satunya guru di sekolah ini. Ia mengajar dua kelas sekaligus, yakni kelas rendah (kelas 2) dan kelas tinggi (kelas 5), dengan jumlah siswa sekitar 25 anak. Meski fasilitas sangat terbatas tanpa listrik dan minim alat peraga, Dhani tetap berusaha memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam sebagai media pembelajaran.
"Saya mengajar semua mata pelajaran dengan alat seadanya. Tidak ada listrik, tapi kami tetap berusaha agar anak-anak bisa belajar dengan baik," ujar Dhani dengan semangat.
Anak-anak di Desa Siambul tumbuh dalam keterbatasan ekonomi. Sebagian besar orang tua mereka bekerja sebagai petani sawit dengan penghasilan yang tak menentu. Namun, hal ini tidak mengurangi semangat mereka dalam belajar. Mereka memiliki mimpi besar untuk keluar dari desa mereka dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dhani, lulusan Sosiologi Agama dari Universitas Raden Intan Lampung, memilih jalan pengabdian sebagai relawan guru pedalaman melalui Dompet Dhuafa dan Gerakan Indonesia Mengajar. Ia ingin melihat langsung ketimpangan pendidikan di daerah terpencil dan berkontribusi sebagai bagian dari solusi. Masyarakat setempat menyambutnya dengan tangan terbuka, dan dalam kesederhanaan, Dhani menemukan kekuatan besar dalam kebersamaan.
Pendidikan sebagai Jalan Keluar dari Kemiskinan
Meski fasilitas serba terbatas, semangat belajar anak-anak tidak pernah redup. Beberapa dari mereka belum pernah menginjakkan kaki di Pekanbaru, ibu kota provinsi, namun cita-cita mereka melampaui batas geografis.
“Mereka ingin menjadi lebih dari sekadar petani kebun. Mereka ingin punya masa depan yang lebih baik,” ujar Dhani.
Perubahan mulai terlihat. Orang tua yang dulu mengajak anak-anak mereka bekerja di kebun kini lebih peduli pada pendidikan. Mereka melarang anak-anaknya ikut bekerja saat jam sekolah.
“Belajarlah,” begitu pesan mereka kepada anak-anaknya. Pendidikan kini menjadi jalan keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini membelenggu mereka.
Dhani berharap pendidikan di Indonesia bisa lebih merata dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.
"Anak-anak di pedalaman punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka adalah masa depan bangsa," tegasnya.
Di ujung wawancara, Dhani mengungkapkan rasa haru dan bangganya bisa menjadi bagian dari perjalanan anak-anak Desa Siambul.
"Melihat semangat mereka, saya yakin suatu hari nanti mereka akan meraih mimpi-mimpi mereka. Dan saya bersyukur bisa menjadi bagian kecil dari perjalanan itu," tutup Dhani dengan mata berbinar. (*)