Amerika Serikat, sorotkabar.comn.com – Ketegangan di Laut Karibia meningkat tajam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melancarkan perang baru terhadap jaringan narkoba internasional.
Langkah agresif ini memicu kemarahan Venezuela dan kekhawatiran warga di sekitar wilayah tersebut. Mereka takut menjadi korban salah sasaran karena masifnya perang antinarkoba ini.
Pada Minggu (26/10/2026), sebuah kapal perang AS dilaporkan berlabuh di Trinidad dan Tobago untuk melakukan latihan militer bersama. Kehadiran armada itu membuat Caracas geram, terutama setelah Trump menuding pemerintah Venezuela terlibat dalam kartel narkoba yang menyuplai pasar Amerika.
“Venezuela mengecam provokasi militer di Trinidad dan Tobago yang berkoordinasi dengan CIA. Tujuannya jelas, memancing perang di Karibia,” ujar Presiden Nicolas Maduro, Senin (27/10).
Menurut otoritas Trinidad dan Tobago, kapal perusak USS Gravely sudah tiba sejak Kamis lalu dan akan melangsungkan latihan bersama pasukan lokal.
Namun langkah itu disusul oleh keputusan Pentagon untuk mengirim kapal induk terbesar di dunia, USS Gerald R Ford, ke kawasan tersebut. Sementara itu, Trump juga memberi izin operasi rahasia CIA terhadap Venezuela.
Dalam lebih dari sebulan terakhir, serangkaian operasi laut AS yang menargetkan kapal-kapal yang dicurigai membawa narkoba telah menewaskan sedikitnya 43 orang. Banyak di antaranya belum diidentifikasi, memicu kritik dan kekhawatiran internasional.
Pada sisi lain, warga Trinidad dan Tobago merasa terjebak di antara dua kekuatan besar. Negara kecil dengan populasi sekitar 1,4 juta jiwa itu kini dihantui ketakutan akan dampak konflik bersenjata.
“Kalau perang pecah antara Amerika dan Venezuela, kami yang tinggal di perbatasan ini bisa jadi korban,” ungkap Daniel Holder (64), warga setempat.
Sementara Victor Rojas (38), tukang kayu asal Venezuela yang kini tinggal di Trinidad dan Tobago, mengaku cemas dengan keselamatan keluarganya di kampung halaman. “Negara saya sedang lemah, kami tak siap menghadapi serangan,” ujarnya.
Kekhawatiran warga semakin meningkat setelah dua pria asal Trinidad tewas dalam serangan laut AS terhadap kapal Venezuela pertengahan Oktober. Keluarga korban menegaskan mereka hanyalah nelayan biasa, bukan bagian dari jaringan narkoba.
Pemerintah setempat belum memberikan konfirmasi resmi soal kematian itu. Namun bagi banyak warga, perang antinarkoba ala Trump kini terasa seperti ancaman nyata yang bisa merenggut nyawa kapan saja.(*)