Jakarta,sorotkabar.com — Jalan-jalan malam di Medan kembali mencekam. Seorang remaja berusia 15 tahun, Fazrul Afif Azhar, menjadi korban begal dengan modus yang kian licik — berpura-pura melihat peta di ponsel. Dalam hitungan detik, motor miliknya raib digondol kawanan pelaku.
Peristiwa itu terjadi di kawasan Medan Polonia, Jumat (10/10) malam, sekitar pukul 20.30 WIB. Fazrul baru saja pulang menonton futsal di wilayah Medan Helvetia, tak menyangka bahwa perjalanan pulangnya akan berubah menjadi malam penuh teror.
“Awalnya saya lihat mereka kayak nyari alamat, nengok map. Tapi tiba-tiba mereka pepet saya, langsung ambil kunci motor,” ujar Fazrul dengan suara gemetar saat ditemui wartawan di lokasi kejadian, Sabtu (11/10).
Fazrul menuturkan, kawanan pelaku berjumlah sembilan orang dengan tiga motor. Mereka mengikutinya sejak dari jalan utama, lalu menunggu momen saat korban melintas di area sepi. Setelah berhasil menghentikan korban, satu dari pelaku mengeluarkan celurit, sementara yang lain mengambil alih motornya.
“Satu orang bawa celurit. Saya sempat mau tarik motor, tapi langsung dikejar mereka,” katanya.
Motor Fazrul, Honda Scoopy BK 6067 AX, pun raib dibawa kabur. Ia hanya bisa menatap kendaraan kesayangannya menghilang di tikungan gelap.
Kasus ini menambah panjang daftar aksi begal di Kota Medan yang menggunakan berbagai modus untuk menjebak korban, mulai dari berpura-pura butuh bantuan, menanyakan alamat, hingga berpura-pura mogok di tengah jalan.
Kanit Reskrim Polsek Medan Baru, Iptu Poltak Tambunan, mengatakan pihaknya akan segera menelusuri laporan tersebut. “Nanti kita cek dulu. Sampai saat ini belum ada laporan masuk ke Medan Baru, tapi akan kami pastikan lagi,” ujarnya, Sabtu (11/10).
Masyarakat Medan kini semakin resah. Kawasan Medan Polonia, Medan Denai, dan Helvetia dikenal sering menjadi lokasi begal karena minim penerangan dan sepi pada malam hari. Banyak warga menuntut agar patroli malam diperbanyak dan kamera pengawas (CCTV) diaktifkan di titik-titik rawan.
Pengamat keamanan dari Universitas Sumatera Utara, Dr. Indra Hutapea, menyebut pola kejahatan ini menunjukkan tingkat adaptasi para pelaku terhadap situasi masyarakat.
“Sekarang begal tak lagi frontal, mereka berperan seperti orang biasa yang minta tolong. Psikologi korban diincar dulu — dibuat lengah sebelum diserang,” ujarnya.
Ia menilai perlu ada pendekatan komunitas untuk mengatasi maraknya begal di Medan, bukan hanya lewat razia. “Harus dibangun budaya saling menjaga, terutama di kalangan remaja. Mereka kini jadi target utama karena dianggap mudah panik dan tak curiga,” imbuhnya.
Bagi Fazrul, peristiwa itu menjadi pelajaran pahit. “Saya pikir mereka cuma nanya jalan. Sekarang saya trauma lewat situ lagi,” katanya pelan.(*)