Dari Sampah Jadi Cuan, Ibu-ibu di Gresik Ubah Kain Perca Jadi Batik

Dari Sampah Jadi Cuan, Ibu-ibu di Gresik Ubah Kain Perca Jadi Batik
Ibu-ibu di Gresik memanfaatkan limbah konveksi menjadi rupiah. (Beritasatu.com/Anis Firmansah)

Gresik,sorotkabar.com - Di sebuah sudut Kelurahan Kauman, Kecamatan Gresik, ada kisah sederhana tetapi penuh inspirasi. 

Ibu-ibu penggerak kesejahteraan keluarga (PKK) dengan tekun menyulap sisa kain perca batik yang selama ini dianggap limbah, menjadi produk bernilai ekonomi.

Mereka menyambung kain perca itu menjadi pakaian, tas, dompet, bahkan topi yang kini dikenal dengan nama Batik Leles.

Ketua UMKM Batik Leles Aminatus Solicha (49) bercerita, bagaimana ide ini lahir dari keprihatinan. Banyaknya kain perca dari usaha konveksi di sekitar yang biasanya berakhir sebagai sampah membuatnya berpikir keras.

“Sisa-sisa batik itu kita sambung-sambung. Nama ‘leles’ sendiri memang artinya kain perca dari penjahit,” ujar Aminatus Solicha kepada wartawan, Sabtu (4/10/2025).

Mereka mulai mengumpulkan limbah itu melalui bank sampah yang dikelola oleh kader PKK setempat.

Dari sana, lahirlah inovasi yang tidak hanya mengurangi sampah tapi juga membuka peluang usaha.

Dengan bantuan mesin jahit, para ibu-ibu mulai membuat berbagai produk seperti tas, taplak meja, jampel, hingga pakaian batik. Produk Batik Leles ini mendapat perhatian dari pejabat kecamatan dan berhasil memenangkan juara pertama dalam lomba karya kerajinan.

“Alhamdulillah, kami dapat apresiasi positif dari kecamatan,” katanya.

Dalam sehari, Solicha dan teman-teman bisa menghasilkan satu pakaian batik dan hingga 12 barang kecil seperti tas.

Harga produknya juga ramah di kantong, yaitu barang kecil seperti jampel, tas, dan taplak meja dihargai mulai dari Rp 5.000, lalu ada pakaian batik dihargai antara Rp 80.000 sampai Rp 125.000.

Meski semangatnya besar, mereka menghadapi tantangan kekurangan bahan baku kain perca. Ia berharap, ada dukungan lebih dari berbagai pihak agar kerajinan ini bisa terus berkembang dan memberi manfaat ekonomi bagi keluarga mereka.

“Semoga batik leles bisa jadi sumber penghasilan yang berkelanjutan untuk kami,” ujarnya.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index