Harga Minyak Turun karena AS Belum Putuskan untuk Serang Iran

Jumat, 20 Juni 2025 | 23:32:08 WIB
Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai. (Antara/Hafidz Mubarak A)

Jakarta,sorotkabar.com – Harga minyak mentah dunia melemah pada Jumat (20/6/2025) sore, tetapi masih mencatatkan kenaikan mingguan ketiga secara berturut-turut. Pelemahan terjadi setelah Gedung Putih menunda keputusan terkait kemungkinan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam konflik Israel-Iran.

Dilansir dari Reuters, kontrak berjangka Brent turun US$ 1,57 atau sekitar 2% menjadi US$ 77,28 per barel pada pukul 15.15 WIB. Meski demikian, harga Brent masih mencatat kenaikan hampir 4% dalam sepekan terakhir. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli naik 52 sen atau 0,7% menjadi US$ 75,66.

Sehari sebelumnya, harga minyak melonjak hampir 3% setelah Israel dilaporkan mengebom fasilitas nuklir di Iran. Sebagai balasan, Iran yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga dalam OPEC meluncurkan serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Kedua pihak belum menunjukkan tanda-tanda meredakan konflik yang sudah berlangsung selama sepekan.

Kenaikan harga Brent mulai melandai setelah Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Donald Trump akan mengambil keputusan dalam dua pekan ke depan mengenai keterlibatan militer AS dalam konflik tersebut.

"Selama Israel dan Iran terus saling menyerang, selalu ada kemungkinan terjadi eskalasi yang tidak disengaja dan berdampak pada infrastruktur minyak," kata analis PVM, John Evans.

Evans menambahkan, pasokan minyak global sebenarnya mencukupi untuk tahun 2025, tetapi  akan berbeda ceritanya apabila skenario buruk terjadi, seperti terblokirnya 20 juta barel per hari di wilayah laut Arab, meski hanya sementara.

Iran sebelumnya telah mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan Barat.

Penutupan selat ini berpotensi mengganggu jalur perdagangan global dan mendongkrak harga minyak dunia.

Sumber dari industri pelayaran menyebutkan bahwa kapal-kapal komersial kini memilih berlayar lebih dekat ke wilayah Oman dan menghindari perairan Iran di sekitar Selat Hormuz.

"Saya kira saat ini risiko geopolitik akibat konflik Iran-Israel sudah menambahkan premi risiko sekitar US$ 10 per barel," kata analis Panmure Liberum, Ashley Kelty.

"Namun, saya tidak melihat harga akan turun ke kisaran US$ 60 dalam waktu dekat," lanjutnya.

Kelty menambahkan, apabila konflik semakin memanas hingga menyebabkan Israel menyerang infrastruktur ekspor Iran, atau Iran benar-benar menutup jalur pelayaran di Selat Hormuz, maka harga minyak dunia bisa mencapai US$ 100 per barel.(*) 
 

Terkini