Tembakau Lumajang Tetap Diburu Pasar Premium meski Cuaca Tak Menentu

Tembakau Lumajang Tetap Diburu Pasar Premium meski Cuaca Tak Menentu
Petani tembakau saat panen varian premium di Lumajang, Jawa Timur. (Beritasatu.com/Rifqi Danwanus)

Lumajang,sorotkabar.com - Di tengah tantangan cuaca yang tidak menentu, tembakau rajangan asal Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tetap memiliki daya tarik di pasar premium. 

Tembakau jenis kasturi top grade masih menjadi andalan dengan harga jual mencapai Rp 60.000 per kilogram, disusul white burley top grade yang bertahan di kisaran Rp 57.000 per kilogram.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lumajang Dwi Wahyono mengatakan, musim tanam tahun ini diwarnai fenomena kemarau basah yang memengaruhi kualitas dan produktivitas tanaman. Curah hujan tinggi pada periode tanam membuat pemupukan kurang optimal karena nutrisi mudah tercuci.

“Kalau masa tanam sering hujan, otomatis pupuk ikut hanyut, dan ini berpengaruh pada hasil tanaman. Akibatnya grade tembakau bisa turun,” jelas Dwi, 
minggu (21/9/2025).

Meski demikian, harga jual tembakau Lumajang masih tergolong stabil. Penurunan sekitar Rp 3.000 per kilogram dibandingkan musim lalu dianggap masih wajar dan tidak mengurangi keuntungan petani. 

“Pasar tembakau Lumajang tetap kompetitif. Selama kualitas rajangan dijaga, petani tetap bisa meraih harga tinggi,” ujarnya.

Keunggulan tembakau Lumajang, terutama jenis kasturi dan white burley, terletak pada aroma khas, warna rajangan yang cerah, serta kadar nikotin seimbang.

Karakter inilah yang membuatnya tetap diburu pabrikan rokok premium meski kondisi cuaca kurang bersahabat.

“Permintaan pabrikan masih kuat. Selama kualitasnya sesuai standar, tembakau Lumajang selalu menjadi pilihan utama karena memiliki karakter rasa yang sulit digantikan daerah lain,” tambah Dwi.

Dengan daya tarik yang terus terjaga, tembakau Lumajang diperkirakan akan tetap menjadi komoditas unggulan Jawa Timur sekaligus penopang penting perekonomian daerah, meskipun para petani harus beradaptasi dengan tantangan kemarau basah yang semakin sering terjadi.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index