Tembilahan,sorotkabar.com - Kapal roll on-roll off (Roro) yang menjadi kado istimewa Hari Jadi ke-60 Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), kini justru terancam tak bisa beroperasi sesuai harapan.
Alih-alih membuka momentum baru bagi konektivitas laut Tembilahan-Batam, kapal tersebut masih terganjal perizinan serta belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung di daerah.
Ketua Komisi III DPRD Inhil, Muamar menegaskan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Inhil belum benar-benar siap mengoperasikan kapal Roro tersebut.
Hambatan terbesar, kata dia, terletak pada ketiadaan infrastruktur penunjang, terutama dermaga yang sesuai standar.
"Detail Engineering Design (DED) dermaga Roro baru dibuat tahun ini. Pembangunan fisiknya diproyeksikan 2026, dan paling cepat Januari 2027 baru bisa mulai beroperasi. Sementara izin trayek dan izin prasarana pun belum keluar. Kalau dipaksakan, justru berbahaya," ungkapnya, Jumat (5/9/2025).
Muamar menambahkan, Kementerian Perhubungan telah menetapkan aturan ketat mengenai pengoperasian kapal Roro. Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 15 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan, setiap kapal Roro wajib memiliki dermaga dan terminal dengan fasilitas keselamatan serta pelayanan yang memadai.
"Tempat sandaran kapal Roro sampai sekarang belum ada. Dermaga Parit 21 memang ada, tapi tidak didukung fasilitas naik-turun penumpang dan kendaraan sesuai standar. Kalau tidak memenuhi aturan, jelas tidak bisa dioperasikan," tambahnya.
Plt Kepala Dinas Perhubungan Inhil, Hardinata, juga mengakui bahwa hingga kini izin trayek masih dalam tahap pengurusan. Bahkan, Pemerintah Provinsi Riau disebut tengah mengkaji ulang rencana operasional kapal tersebut.
Muamar mengingatkan bahwa semangat menghadirkan kapal Roro tidak boleh berhenti sebatas seremonial.
"Biarlah dulu kapal Roro beroperasi di tempat lain. Jangan sampai hanya jadi simbol kado Milad, tapi tidak profesional. Kasihan juga Pemprov kalau dipaksakan tanpa kesiapan," tegasnya.
Di tengah tarik-menarik kepastian operasional kapal Roro, masyarakat Inhil justru menyimpan harapan besar. Jalur laut Tembilahan–Batam diyakini dapat memangkas waktu tempuh sekaligus menekan biaya logistik.
"Sekarang tanpa ada kapal Roro ongkosnya juga mahal. Kalau ada kapal Roro tentu lebih murah, apalagi untuk bawa barang," ujar Anggara, warga Inhil.
Ia mengaku kecewa mendengar kabar kapal Roro belum bisa beroperasi. "Kami sempat senang waktu dengar ada kapal Roro, bisa sering jenguk keluarga di Batam. Kalau batal, ya sedih juga, rasanya cuma mimpi saja," lanjutnya.
Bagi nelayan dan pelaku usaha kecil, keberadaan kapal Roro bahkan dianggap bisa membuka peluang baru. Hasil laut dan perkebunan bisa langsung dipasarkan ke Batam tanpa harus melalui jalur panjang via Pekanbaru atau Dumai.
Kini, publik menanti keseriusan Pemkab Inhil dalam memenuhi seluruh prasyarat, mulai dari pembangunan dermaga sesuai regulasi, penyelesaian izin trayek, hingga skema pembiayaan yang jelas.
Jika tidak segera diselesaikan, kapal Roro yang sempat menjadi simbol kado Milad Inhil ke-60 dikhawatirkan hanya akan menjadi cerita tanpa realisasi, meninggalkan masyarakat dalam penantian panjang.(*)