Bangkok,sorotkabar.com – Thailand dan Kamboja memulai pembicaraan awal di Malaysia pada Senin (4/8/2025), menjelang pertemuan tingkat menteri pertahanan yang dijadwalkan Kamis (7/8/2025). Pertemuan ini bertujuan memperkuat gencatan senjata yang masih rapuh setelah kesepakatan sepekan lalu.
Gencatan senjata tersebut disepakati setelah lima hari bentrokan di perbatasan yang melibatkan tembak-menembak artileri dan serangan udara, menewaskan sedikitnya 43 orang serta memaksa lebih dari 300.000 warga mengungsi di kedua sisi perbatasan. Kesepakatan dicapai di Malaysia dengan pengawasan Amerika Serikat dan China.
Menurut otoritas kedua negara, pertemuan Komite Perbatasan Umum pada Kamis akan membahas langkah-langkah menjaga stabilitas di wilayah perbatasan. Pertemuan itu juga akan dipantau oleh perwakilan dari Amerika Serikat, China, dan Malaysia.
Meski pembicaraan berlangsung, ketidakpercayaan masih tinggi. Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh Thailand melanggar kesepakatan dengan menggunakan ekskavator dan memasang kawat berduri di area perbatasan yang disengketakan.
Thailand membantah tuduhan itu dan menyatakan kedua pihak tetap pada posisi masing-masing tanpa pergerakan signifikan. “Ada laporan bahwa pihak Kamboja mengubah posisi dan memperkuat pasukan di area strategis untuk mengganti personel yang hilang di setiap sektor,” ujar Juru Bicara Militer Thailand Laksamana Muda Surasant Kongsiri.
Kamboja juga menuntut pembebasan 18 tentaranya yang ditawan Thailand. Bangkok memastikan para tawanan diperlakukan dengan baik sebagai tawanan perang dan akan dibebaskan setelah konflik benar-benar berhenti, bukan hanya sekadar gencatan senjata.(*)