Terungkap! Serangan AS Tidak Dapat Menghancurkan Fasilitas Nuklir Iran

Terungkap! Serangan AS Tidak Dapat Menghancurkan Fasilitas Nuklir Iran
Fasilitas nuklir Iran di Fordow (Maxar Technologies/Maxar Technologies)

Washington,sorotkabar.com - Di tengah eskalasi konflik Iran-Israel, laporan intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkapkan fakta bahwa serangan Negeri Paman Sam ke fasilitas nuklir Iran ternyata hanya menunda pengembangan program tersebut selama beberapa bulan.

Serangan udara yang dilakukan AS dengan menggunakan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon itu menargetkan tiga lokasi nuklir penting di Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Meski serangan itu menyebabkan kerusakan cukup signifikan, seperti runtuhnya pintu masuk dan rusaknya infrastruktur di Fordow, laporan dari Badan Intelijen Pertahanan (Defense Intelligence Agency/DIA) menyebut bahwa bagian bawah tanah dari fasilitas tersebut tetap utuh.

Melansir dari AP News, menurut dua sumber yang mengetahui penilaian awal tersebut, meskipun AS berharap dapat menghalangi Iran mengembangkan senjata nuklir, kenyataannya sebagian besar sentrifus yang digunakan untuk memperkaya uranium tetap berfungsi.

Bahkan, sebagian uranium yang telah diperkaya tinggi diyakini telah dipindahkan ke lokasi lain sebelum serangan terjadi.

Pernyataan Trump di media sosial dan komentarnya dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa situs-situs nuklir Iran "hancur total" dan bahwa Iran "tidak akan pernah membangun kembali" fasilitasnya.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mendukung klaim tersebut dan menyebut operasi gabungan AS-Israel sebagai momen bersejarah yang menghancurkan program nuklir Iran.

Namun, penilaian resmi dari intelijen AS tidak mendukung narasi ini. Bahkan, Gedung Putih langsung menepis laporan DIA dan menyebut kebocoran informasi tersebut sebagai “upaya merusak presiden.”

“Jika Anda menjatuhkan 14 bom besar dan mengenai target, hasilnya pasti kehancuran,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.

CIA dan Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) menolak berkomentar mengenai laporan ini.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index