Jakarta,sorotkabar.com - Proyek pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur, yang digarap bersama oleh Pertamina dan perusahaan energi asal Rusia, Rosneft, kini tengah memasuki tahap evaluasi ulang investasi.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam acara Jakarta Geopolitical Forum pada Selasa, (24/6/2025).
Kilang yang dikenal sebagai Grass Root Refinery (GRR) Tuban ini sejatinya telah dirintis sejak November 2017 melalui perusahaan patungan PT Pertamina Rosneft Pengolahan & Petrokimia (PRPP).
Namun, meski skala investasinya sangat besar, yakni mencapai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 384 triliun dan mencakup lahan lebih dari 800 hektare, perkembangannya justru dinilai masih lamban.
“Kemarin kita juga melakukan pembahasan dengan Rosneft dan Pertamina. Sampai dengan sekarang kita lagi melakukan evaluasi terhadap investasinya,” ujar Bahlil.
Perlu Kajian Ekonomi Lebih Dalam
Kilang GRR Tuban dirancang dengan teknologi modern dan memiliki kapasitas pengolahan 300.000 barel crude oil per hari.
Jika beroperasi penuh, kilang ini mampu memproduksi sekitar 10.921 kiloton bahan bakar minyak (BBM) per tahun, serta 5.060 kiloton produk petrokimia dan turunannya.
Meski secara teknis menjanjikan, tetapi dari sisi keekonomian, pemerintah merasa perlu melakukan penyesuaian ulang terhadap nilai investasi dan potensi keuntungan yang dihasilkan.
“Setelah dihitung kembali antara investasi dan nilai ekonominya, masih terjadi review kembalilah. Belum pas,” kata Bahlil.
Langkah evaluasi ini dinilai penting untuk menjamin bahwa proyek kilang tidak hanya besar secara fisik, tetapi juga efisien dan menguntungkan dari sisi bisnis dan energi nasional.
Rusia Siap Perkuat Kerja Sama Energi
Di sisi lain, pemerintah Rusia menyatakan komitmennya untuk terus memperkuat kerja sama di sektor energi dengan Indonesia.
Kolaborasi antara Rosneft dan Pertamina dalam pembangunan kilang dan fasilitas petrokimia di Tuban disebut sebagai contoh nyata hubungan strategis kedua negara dalam bidang ekonomi energi.
Proyek kilang minyak Tuban juga dipandang sebagai bagian dari upaya diversifikasi energi nasional Indonesia dan pengurangan ketergantungan terhadap impor BBM, serta sebagai tonggak baru dalam penguatan infrastruktur industri petrokimia nasional.
Namun, agar proyek kilang minyak Tuban ini dapat bergerak maju, diperlukan diskusi lanjutan antara kedua negara. Fokus pembicaraan akan tertuju pada penyesuaian porsi investasi dan penetapan ulang nilai keekonomian proyek.(*)