Bangkok,sorotkabar.com - Panglima Angkatan Darat Kerajaan Thailand Jenderal Pana Klaewplodthuk, dan mitranya dari Kamboja Jenderal Mao Sophan, bersama delegasi masing-masing negara, bertemu pada Kamis (29/5/2025) di Kantor penghubung perbatasan O'Smach-Chong Chom.
Pertemuan ini bertujuan meredakan ketegangan pascabaku tembak di wilayah yang masih disengketakan.
Setelah perundingan selama satu jam, 20 menit, kedua pihak sepakat menyelesaikan sengketa antara Provinsi Preah Vihear (Kamboja) dan Provinsi Ubon Ratchathani (Thailand) melalui JBC atau Komite Perbatasan Bersama.
Pertemuan JBC dijadwalkan berlangsung dalam dua hingga tiga pekan mendatang, menurut Juru Bicara Militer Thailand, Jenderal Winthai Suvaree.
Jenderal Winthai menjelaskan bahwa kedua pihak akan menahan diri dan menjaga posisi strategis masing-masing untuk menghindari konfrontasi lebih lanjut.
Pasukan dari kedua negara juga sepakat mundur setidaknya 200 meter dari lokasi insiden.
Pada hari yang sama, Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF) menyampaikan bahwa dalam pembicaraan tersebut dicapai empat kesepakatan utama: penyelesaian ketegangan melalui JBC dan komite gabungan, menjaga status quo di lapangan, saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah, serta tidak menarik pasukan dari posisi yang telah ditempati sebelum tahun 2000.
Phnom Penh mengeklaim Bangkok menyetujui empat poin tersebut, tetapi belum mengonfirmasi kesepakatan penarikan mundur pasukan sejauh 200 meter dari lokasi baku tembak.
Insiden terjadi pada Rabu (28/5/2025) dini hari di wilayah perbatasan yang dipersengketakan.
Kamboja menyatakan bentrokan terjadi di Desa Tacho Morakot, Distrik Choam Ksan, Provinsi Preah Vihear. Sementara Thailand menyebut insiden terjadi di Chong Bok, Provinsi Ubon Ratchathani.
Area antara dua lokasi ini telah lama disengketakan dan dikategorikan sebagai zona demiliterisasi berdasarkan kesepakatan sebelumnya.
Pihak Thailand menyatakan bahwa pasukan Kamboja masuk ke wilayah sengketa dan ketika patroli Thailand mendekat untuk berdialog, tentara Kamboja melepaskan tembakan karena salah paham.
Sebaliknya, Kamboja membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa tentaranya tengah melakukan patroli rutin ketika pihak Thailand menyerang.
Bentrokan berlangsung sekitar 10 menit dan menewaskan seorang tentara Kamboja.
Dalam pertemuan di perbatasan, Panglima Angkatan Darat Thailand menyampaikan belasungkawa atas jatuhnya korban jiwa dari pihak Kamboja.
Sengketa utama antara kedua negara berkisar pada kepemilikan Kuil Preah Vihear, yang terletak di perbatasan Thailand–Kamboja.
Ketegangan meningkat sejak tahun 2008 setelah Kamboja berhasil melobi UNESCO untuk menetapkan kuil tersebut sebagai situs warisan dunia.
Konflik berlangsung selama tiga tahun, menyebabkan puluhan korban jiwa dan memaksa ratusan ribu warga mengungsi.
Pada tahun 2011, kedua pihak sepakat menarik pasukan dari zona demiliterisasi di sekitar kuil, sesuai putusan Mahkamah Internasional (ICJ).
ICJ akhirnya memutuskan pada tahun 2013 bahwa wilayah sekitar Kuil Preah Vihear merupakan bagian dari wilayah Kamboja.
Thailand menerima putusan tersebut dan berkomitmen menyelesaikan setiap sengketa melalui jalur diplomatik bilateral.
Sejak itu, situasi perbatasan relatif stabil, meskipun insiden kecil antara patroli masih terjadi sesekali.(*)