Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Kunci Mitigasi Perubahan Iklim

Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Kunci Mitigasi Perubahan Iklim
Foto udara kawasan Hutan Lindung Gambut (HLG) Sungai Bram Itam yang telah dirambah dan yang masih ditumbuhi pohon di Tanjung Jabung Barat, Jambi, Ahad (11/5/2025).Ant FOTO/Wahdi Septiawan

Jakarta,sorotkabar.com — Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Perubahan Iklim, Haruni Krisnawati, menegaskan pentingnya dukungan dari berbagai pihak dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Haruni menguraikan tiga strategi utama yang menjadi fokus pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan serapan karbon di sektor kehutanan.

Strategi pertama adalah pengurangan emisi dengan mencegah deforestasi, degradasi hutan, serta kebakaran hutan dan lahan. Haruni menyebutkan upaya ini sudah dilakukan secara intensif sebagai langkah awal untuk menekan laju emisi gas rumah kaca yang berasal dari sektor kehutanan.

Pencegahan kebakaran hutan dan lahan menjadi salah satu prioritas utama karena dampaknya yang sangat besar terhadap peningkatan emisi karbon.

Strategi kedua adalah meningkatkan serapan karbon melalui berbagai program, termasuk Folu Net Sink 2030 dan Persemaian Rumpin.

Program-program ini dirancang untuk menjaga dan meningkatkan tutupan hutan yang berperan penting dalam menyerap karbon dari atmosfer.

Haruni menekankan menjaga hutan yang ada saja tidak cukup, tetapi perlu juga meningkatkan tutupan hutan agar serapan karbon dapat optimal."(Program-program ini) nanti akan berkontribusi di dalam meningkatkan serapan karbon dan tentunya menjaga, menjaga hutan yang ada dan tentunya tidak hanya menjaga ya, tapi meningkatkan tutupan hutan," katanya di panel diskusi Journalist Workshop On Indonesia's FOLU Net Sink 2030, di Rumpin, Bogor, Sabtu (17/5/2025). 

Strategi ketiga adalah membangun keseimbangan antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam pelaksanaan program pengelolaan hutan lestari. Haruni menjelaskan, keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari sisi lingkungan, tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat sekitar hutan.

Keterlibatan masyarakat menjadi kunci penting dalam menjaga dan memulihkan ekosistem hutan.

Melalui pemberdayaan masyarakat, diharapkan mereka dapat berperan aktif dalam menjaga hutan sekaligus memperoleh manfaat ekonomi.

Dalam konteks sosial, Haruni menyebutkan program pengelolaan hutan juga berupaya mengatasi masalah sosial seperti konflik dan ketegangan yang mungkin muncul di masyarakat.

Program ini diharapkan dapat menjadi penengah sekaligus mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan.

Dari sisi ekonomi, Haruni menyoroti pentingnya transisi menuju ekonomi hijau.

Salah satu instrumen yang sedang dikembangkan adalah perdagangan karbon, yang memungkinkan masyarakat dan pelaku usaha mendapatkan nilai tambah dari upaya menjaga dan memulihkan hutan.

Haruni menegaskan nilai ekonomi karbon tidak hanya sebagai insentif finansial, tetapi juga sebagai pembelajaran yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.

Haruni juga menyinggung peran komunitas penanam pohon  seperti Tree Grower Community di tingkat tapak yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan serapan karbon hutan.

Keterlibatan komunitas ini menjadi bagian penting dalam strategi pengelolaan hutan lestari yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, Haruni Krisnawati menegaskan keberhasilan program pengelolaan hutan dan mitigasi perubahan iklim sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Dengan mengedepankan tiga strategi utama tersebut, diharapkan Indonesia dapat mencapai target pengurangan emisi dan meningkatkan ketahanan iklim secara efektif, sekaligus mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index