Area Mangrove Terus Menyusut, Pak Hendro dan Agung Sedayu Gelar Aksi Restorasi di Teluk Naga

Area Mangrove Terus Menyusut, Pak Hendro dan Agung Sedayu Gelar Aksi Restorasi di Teluk Naga
Presiden Direktur Agung Sedayu Group Nono Sampono (kiri) bersama Ketua Umum Warga Bumiputra Indonesia (WBI) Abdullah Mahmud Hendropriyono berbincang-bincang di sela-sela aksi penanaman mangrove di kawasan pesisir Tanjung Pasir, Teluk Naga, Tangerang, Bant

Jakarta,sorotkabar.com - Warga Bumiputra Indonesia (WBI) bersama Agung Sedayu Group (ASG) menggelar penanaman mangrove di kawasan Tanjung Pasir, Teluk Naga, Tangerang, Banten, Sabtu (3/5).

Aksi itu sebagai upaya menyelamatkan ekosistem pesisir dan mewariskan lingkungan hidup yang lestari bagi generasi mendatang.

Kegiatan bertema “Warga Bumiputra Indonesia Pulihkan Mangrove Pesisir” ini menjadi bagian dari gerakan pelestarian lingkungan berbasis masyarakat.

Ketua Umum WBI Jenderal TNI (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono memimpin langsung aksi yang menargetkan restorasi mangrove di sepanjang lima kilometer garis pantai itu.

Menurut Hendropriyono, gerakan tersebut merupakan kelanjutan dari komitmen yang telah dirintis sejak 1995.

“Kami memulai ini dari kesadaran bahwa masa depan umat manusia sangat bergantung pada ekosistem. Penanaman ini merupakan langkah konkret untuk menerangi hari depan generasi penerus,” kata Hendropriyono saat wawancara cegat atau doorstop, Sabtu (3/5).

Melalui kolaborasi dengan mitra lain seperti Nata Bumi, program itu menargetkan rehabilitasi 1.600 hektare area mangrove.

Kegiatan itu juga menjadi bagian dari agenda nasional untuk memulihkan ekosistem pesisir yang kian terancam.

Luas hutan mangrove di Indonesia turun drastis dari 4,4 juta hektare pada 1990 menjadi sekitar 3,3 juta hektare.

Padahal, Indonesia memiliki sekitar 23 persen dari total ekosistem mangrove dunia, menjadikannya aktor penting dalam perlindungan kawasan pesisir secara global.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup RI Diaz Hendropriyono yang turut menghadiri kegiatan itu menyampaikan apresiasinya atas inisiatif masyarakat dalam menjaga kelestarian mangrove.

Dia menegaskan bahwa mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon sangat tinggi.

“Ini bukan hanya soal mencegah abrasi, melainkan juga mengatasi perubahan iklim global. Namun, ingat bahwa semangat pelestarian ini harus diiringi upaya pengurangan sampah plastik,” kata Diaz.

Aksi penanaman mangrove ini mendapat dukungan penuh dari sektor swasta, termasuk Agung Sedayu Group melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) di kawasan PIK 2.

Presiden Direktur ASG Nono Sampono mengatakan bahwa penyelamatan hutan mangrove merupakan tanggung jawab morel dan legal pengembang.

“Kami sudah menyiapkan anggaran Rp 39,6 triliun untuk rehabilitasi lingkungan, termasuk menebalkan hutan mangrove hingga enam kali lipat. Ini bentuk nyata komitmen kami terhadap pembangunan hijau dan berkelanjutan,” kata Nono Sampono.

Kawasan Tanjung Pasir yang dahulunya memiliki 1.800 hektare hutan bakau kini menyusut drastis menjadi hanya 91 hektare.

Oleh karena itu, aksi tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan menjadi tonggak penting dalam penyelamatan salah satu kawasan pesisir paling rentan di Indonesia.

Melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, kegiatan ini diharapkan menjadi contoh nyata sinergi dalam menghadapi krisis iklim dan degradasi lingkungan. (*)
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index