Perpisahan Siswa Jangan Jadi Beban Orang Tua, Ekonom Unri Nilai Biaya Idealnya Rp50-150 Ribu

Perpisahan Siswa Jangan Jadi Beban Orang Tua, Ekonom Unri Nilai Biaya Idealnya Rp50-150 Ribu
Ilustrasi (net)

Pekanbaru, sorotkabar.com – Ekonom senior Universitas Riau, Dahlan Tampubolon, menyebutkan bahwa kontribusi ideal untuk kegiatan perpisahan siswa sebaiknya berada di kisaran Rp50.000 hingga Rp150.000 per orang.

Menurutnya, angka tersebut sudah mencukupi jika kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah tanpa menyewa gedung atau jasa eksternal.

"Rp50 ribu sampai Rp100 ribu cukup untuk konsumsi sederhana, dekorasi ringan, dokumentasi berupa foto dan video sederhana," ujar Dahlan, Jumat (2/5/2025).

Dahlan menyarankan agar hiburan dalam perpisahan memanfaatkan bakat dan kreativitas siswa agar biaya tetap efisien.

Dengan rentang biaya Rp100.000 hingga Rp150.000, kegiatan juga bisa mencakup makan siang ringan, souvenir sederhana, atau hiburan yang tetap mengutamakan potensi internal siswa.

Ia menegaskan bahwa perhitungan biaya harus memperhatikan kondisi ekonomi wali murid yang beragam, terutama di Riau yang memiliki kesenjangan antara masyarakat desa dan kota.

"Harga TBS sawit misalnya, sangat menentukan daya beli keluarga di desa. Biaya yang dianggap terjangkau bagi sebagian keluarga, bisa menjadi beban berat bagi keluarga lainnya," tambahnya.

Dahlan mendukung kebijakan Gubernur Riau, Abdul Wahid, yang melarang penyelenggaraan perpisahan secara mewah di luar sekolah. Ia menilai kebijakan tersebut sejalan dengan prinsip penghematan dan keadilan sosial.

"Ini harus menjadi landasan utama dalam penentuan biaya," paparnya.

Menurutnya, perpisahan yang digelar di sekolah mampu mengurangi biaya secara signifikan dibandingkan acara yang dilakukan di hotel atau gedung mewah.

Esensi utama dari perpisahan, katanya, adalah kebersamaan, apresiasi, dan kenangan, bukan kemewahan.

Sebagai solusi untuk mengatasi pembiayaan, Dahlan menyarankan sekolah menjalin kerja sama dengan alumni atau komunitas sekolah untuk mencari donasi.

Selain itu, siswa juga bisa diajak terlibat dalam penggalangan dana melalui penjualan karya atau buah tangan hasil kreativitas mereka.

“Sekolah mungkin dapat mengalokasikan sebagian anggaran atau mencari donasi untuk meringankan beban biaya siswa. Misalnya dari alumni yang sudah baik ekonominya atau mendapat posisi yang bagus,” jelasnya.

Dahlan menambahkan bahwa proses musyawarah antara pihak sekolah, komite, dan orang tua murid sebelum menentukan besaran biaya sangat penting untuk menciptakan rasa adil dan tidak memberatkan.

"Rincian anggaran harus jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Orang tua perlu tahu ke mana uang itu dialokasikan," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kontribusi sukarela dan pemanfaatan potensi siswa dari kelas X dan XI dalam dekorasi dan hiburan, untuk menekan biaya tanpa mengurangi makna acara.

Gubernur Riau, Abdul Wahid, dalam kesempatan berbeda juga menegaskan bahwa ia tidak melarang kegiatan perpisahan, namun melarang bentuk pelaksanaannya yang berlebihan dan membebani wali murid.

“Silakan perpisahan di sekolah, yang penting sederhana,” kata Wahid seusai menghadiri peringatan Hari Buruh di halaman PTPN IV Regional III, Pekanbaru, Jumat (2/5/2025).

“Yang penting anak-anak dan wali murid tidak terbebani. Kalaupun ada biaya, jangan terlalu memberatkan,” tambahnya.

Ia mengingatkan bahwa momen perpisahan harus menjadi simbol transisi dan kebersamaan, bukan ajang pamer kemewahan yang dapat menimbulkan tekanan sosial di kalangan siswa dan orang tua. (*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index