Ratusan Masjid dan Gereja di Gaza Dihancurkan Israel, 255 Ulama Dibunuh

Ratusan Masjid dan Gereja di Gaza Dihancurkan Israel, 255 Ulama Dibunuh
AP Photo/Adel Hana Warga Palestina memeriksa puing-puing Masjid Yassin yang hancur setelah terkena serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza, Senin, 9 Oktober 2023. Data Pusat Satelit PBB (UNOSAT), operasi militer Israel di Jalur Gaza me

Gaza,sorotkabar com — Israel telah menghancurkan 79 persen masjid di Gaza yang terkepung dan menghancurkan tiga gereja, kata juru bicara Kementerian Wakaf daerah kantong tersebut kepada Anadolu Agency.

Ikrami Al Mudallal mengatakan tentara Israel juga telah membunuh 255 ulama dan imam yang berafiliasi dengan kementerian tersebut dan menangkap 26 lainnya.

"Penargetan masjid dan tempat ibadah oleh pasukan pendudukan merupakan pelanggaran yang jelas terhadap semua kesucian, hukum internasional, dan hukum hak asasi manusia," katanya, dikutip dari Anadolu Agency, Senin (3/2/2025).

Tentara Israel juga menargetkan 32 dari 60 pemakaman di Gaza, menghancurkan 14 pemakaman dan merusak sebagian, Al Mudallal menambahkan.

Selama berabad-abad, Gaza telah menjadi pintu gerbang antara Asia dan Afrika, rumah bagi beragam peradaban, budaya, dan agama.

Sejak Israel melancarkan perang genosida pada 7 Oktober 2023, banyak masjid, kuil, dan gereja bersejarah di daerah kantong tersebut telah menjadi puing-puing.

Di antaranya adalah Masjid Agung Omari, masjid terbesar dan tertua di Gaza. Menara masjid berusia 1.400 tahun itu hancur, dan beberapa bagian bangunannya rusak parah.

Masjid lain yang rusak dalam serangan tersebut termasuk Masjid Sayed al Hashim dan Masjid Katib al Wilaya.

Gereja-gereja juga menjadi sasaran. Gereja Santo Porphyrius, gereja tertua di Gaza dan gereja tertua ketiga di dunia, mengalami kerusakan, begitu juga dengan Gereja Keluarga Kudus.

Gereja Baptis Ahli, yang terletak di dalam Rumah Sakit Baptis Al Ahli, juga terkena dampaknya. Serangan Israel ke rumah sakit dan gereja pada 17 Oktober menewaskan sekitar 500 orang.

Pembantaian Israel

Kantor Media Pemerintah di Gaza melaporkan pada Ahad (2/2/2025) bahwa genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza telah mengakibatkan lebih dari 61.000 warga Palestina wafat, dan membuat lebih dari dua juta orang mengungsi, banyak di antaranya yang telah mengungsi secara paksa beberapa kali.

Para pejabat Palestina menggambarkan skala kehancuran tersebut sebagai tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Senin (3/2/2025)

Berbicara dalam sebuah konferensi pers, Kantor Media Pemerintah di Gaza mengkonfirmasi bahwa 61.709 warga Palestina telah dibunuh Israel, termasuk 47.487 yang jenazahnya telah sampai di rumah sakit. Sebanyak 14.222 jenazah lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan atau di jalan raya, yang tidak dapat diakses oleh tim penyelamat.

Jumlah korban luka-luka telah meningkat menjadi 111.588 orang, sementara lebih dari 6.000 orang Palestina telah ditahan, banyak di antaranya mengalami penganiayaan dan penyiksaan berat oleh Israel. Bahkan puluhan orang dilaporkan meninggal dalam tahanan Israel.

Kantor Media Pemerintah di Gaza menyatakan bahwa Israel telah melakukan 9.268 pembantaian, yang menyebabkan pemusnahan total 2.092 keluarga dari catatan sipil.

Selain itu, 4.889 keluarga Palestina direduksi menjadi satu anggota yang masih hidup. Apa yang dilakukan Israel di Gaza digambarkan oleh para pejabat sebagai kampanye pembersihan etnis yang sistematis atau disebut genosida.

Anak-anak dan perempuan menanggung beban terberat dari kekerasan yang dilakukan Israel. Sedikitnya 17.881 anak telah dibunuh, termasuk 214 bayi yang lahir dan hilang selama perang. Jumlah perempuan yang dibunuh mencapai 12.316 orang, menyebabkan 38.000 anak menjadi yatim piatu, dan 17.000 di antaranya kehilangan kedua orang tuanya.

Personel kemanusiaan juga menjadi sasaran kebrutalan Israel, dengan 1.155 pekerja medis, 205 jurnalis, dan 194 personel pertahanan sipil dibunuh Israel. Selain itu, 736 pekerja bantuan dan lebih dari 3.500 pegawai pemerintah telah kehilangan nyawa mereka.

Perang yang dilancarkan Israel telah melumpuhkan infrastruktur Gaza, membuat 34 rumah sakit tidak dapat beroperasi dan merusak lebih dari 150.000 unit rumah. Perkiraan awal menunjukkan kerugian ekonomi langsung di berbagai sektor mencapai lebih dari 50 miliar dolar AS, dengan kerusakan di sektor transportasi saja melebihi 1,5 miliar Dolar AS.

Kantor Media Pemerintah di Gaza menggambarkan situasi di Gaza sebagai sebuah genosida yang sedang berlangsung, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera mengambil tindakan untuk menghentikan serangan tersebut.

Israel melancarkan serangan dan genosida ke Gaza setelah Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 yang dilakukan oleh perlawanan Palestina.

Selama berbulan-bulan, pasukan Israel melakukan pengeboman tanpa henti, tembakan, dan penembakan tanpa pandang bulu, menghancurkan rumah, rumah sakit, sekolah, dan tempat penampungan di Gaza, Palestina.

Genosida Israel menyebabkan kekurangan besar-besaran akan kebutuhan dasar, termasuk makanan, air, obat-obatan, dan listrik, sekaligus membuat hampir seluruh penduduk daerah kantong tersebut mengungsi.

Setelah perundingan yang berulang kali terhenti dan di tengah meningkatnya tekanan internasional, termasuk peringatan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk melakukan gencatan senjata sebelum pelantikannya, sebuah kesepakatan akhirnya tercapai dan mulai berlaku pada tanggal 19 Januari 2025, yang awalnya ditetapkan untuk 42 hari, dengan negosiasi yang terus berlanjut untuk tahap selanjutnya. 
Kesepakatan ini dimediasi oleh Mesir dan Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index