Riyadh, sorotkabar. com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengunjungi Riyadh, Arab Saudi, pada Rabu (23/10) waktu setempat. Kunjungan ini disebut sebagai langkah Washington untuk memperbarui upaya menengahi normalisasi hubungan diplomatik antara Saudi dan Israel.
Upaya terbaru untuk menjadi mediator terjalinnya hubungan antara Riyadh dan Tel Aviv ini dibahas oleh Blinken saat berbicara kepada wartawan sesaat sebelum meninggalkan Tel Aviv, Israel. Saudi sebelumnya menunda pembicaraan mengenai kesepakatan normalisasi dengan Israel hingga negara Palestina terbentuk.
"Terlepas dari semua yang telah terjadi, masih ada peluang luar biasa di kawasan ini untuk bergerak ke arah yang benar-benar berbeda," ucap Blinken kepada wartawan di Tel Aviv sebelum terbang ke Riyadh, seperti dilansir AFP, Rabu (23/10/2024).
"Arab Saudi akan menjadi pusat dalam hal ini, dan hal itu mencakup potensi normalisasi hubungan dengan Israel," sebutnya.
Kunjungan Blinken ke kawasan Timur Tengah pekan ini merupakan kunjungan ke-11 sejak perang Gaza dimulai pada Oktober tahun lalu. Namun ini menjadi kunjungan pertamanya ke Tel Aviv sejak eskalasi konflik terjadi antara Israel dan Hizbullah bulan lalu.
Perang yang berkecamuk di Jalur Gaza telah menghentikan langkah tentatif menuju perjanjian yang dijuluki sebagai "kesepakatan besar", di mana Saudi akan mengakui Israel sebagai imbalan atas perjanjian pertahanan dan bantuan program sipil nuklir dari AS.
Awal September lalu, Blinken menyebut gencatan senjata di Jalur Gaza sebagai "prasyarat penting" untuk bisa mewujudkan normalisasi antara Riyadh dan Tel Aviv. Namun diketahui bahwa upaya-upaya AS dalam mengakhiri perang Gaza dan membendung dampak regional selalu berujung kegagalan.
Selain gencatan senjata, terbentuknya negara Palestina juga menjadi hal yang terus disampaikan oleh Saudi dalam pembicaraan normalisasi dengan AS.
Selama beberapa waktu terakhir, otoritas Saudi bersikukuh agar setiap perjanjian potensial harus mencakup jalur, yang tidak bisa diubah dan tidak bisa dibatalkan, menuju kepada pembentukan negara Palestina.
Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), pada September lalu telah menegaskan bahwa Riyadh tidak akan menjalin hubungan dengan Israel sampai negara Palestina terbentuk.(*)