Penampakan Rafflesia Hasseltii Mekar di Hutan Sumbar setelah 13 Pencarian

Penampakan Rafflesia Hasseltii Mekar di Hutan Sumbar setelah 13 Pencarian
Pemandu lokal Sumbar temukan Rafflesia Hasseltii setelah 13 tahun mencari

Sijunjung,sorotkabar.com - Penemuan bunga Rafflesia hasseltii yang kembali mekar di Sumatra menjadi sorotan pecinta alam dan peneliti lintas negara. Spesies langka ini dikenal sebagai salah satu ikon kekayaan hayati Indonesia, namun keberadaannya sangat sulit dijumpai karena hanya mekar dalam waktu singkat.

Kali ini, bunga langka tersebut ditemukan mekar sempurna di kawasan Hiring Batang Sumi, Kecamatan Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatra Barat, pada Selasa (18/11).

Penemuan ini dilakukan oleh ahli biologi dari Universitas Oxford, Chris Thorogood, bersama pemandu lokal Septian Andriki dan sejumlah rekan. Mereka menembus hutan hujan tropis yang terpencil dan hanya dapat dimasuki dengan izin khusus. Perjalanan mereka tidak mudah, melibatkan pendakian siang dan malam sebelum akhirnya berhasil menemukan Rafflesia hasseltii mekar pada malam hari.

Chris Thorogood menyebut momen tersebut sebagai “pertemuan yang mengubah hidup di Sumatra”. Sementara itu, video yang beredar di media sosial memperlihatkan Septian Andriki menangis haru setelah 13 tahun mencari bunga tersebut. Bahkan akun resmi University of Oxford menggambarkan Rafflesia hasseltii sebagai bunga yang “mungkin lebih sering dilihat oleh harimau daripada manusia”.

Rafflesia hasseltii memang sangat sulit ditemui. Bunga ini hanya mekar beberapa hari sebelum layu, dan habitatnya berada di hutan terpencil. Menurut catatan ANTARA, kemunculan terakhirnya di Indonesia terjadi pada 2023, ketika bunga itu mekar di perkebunan warga Desa Tanjung Gelang, Rejang Lebong, Bengkulu.

Dikenal juga dengan nama lokal cendawan matahari dan Cendawan Muka Rimau, Rafflesia hasseltii merupakan tumbuhan holoparasit dari famili Rafflesiaceae yang tumbuh di bioma tropis basah Sumatra dan Kalimantan Barat. Nama ilmiahnya pertama kali dipublikasikan oleh botanis Willem Frederik Reinier Suringar pada tahun 1879. Warna merah kecokelatan berpadu dengan bercak putih besar membuatnya mendapat julukan Raflesia Merah Putih.

Secara hukum, bunga ini dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 dan berstatus genting (endangered) dalam Daftar Merah IUCN. Menurut WWF, bunga ini dapat mencapai diameter 30–50 cm saat mekar, dengan cuping berukuran 11–13 cm dan lebar 15–17 cm. Rafflesia hasseltii hidup sebagai parasit pada tanaman inang Tetrastigma leucostaphyllum.

Sebaran Rafflesia hasseltii sangat terbatas, hanya ditemukan di Sumatra, termasuk Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Taman Nasional Kerinci Seblat, serta sejumlah wilayah di Riau dan Jambi. Dari 25 jenis Rafflesia di dunia, Indonesia memiliki 14 jenis, dan 11 di antaranya berada di Pulau Sumatra.

Namun kelestariannya terancam. Community for the Conservation and Research of Rafflesia (CCRR) memperkirakan sekitar 60 persen spesies Rafflesia menghadapi risiko kepunahan yang serius, sementara 67 persen habitatnya berada di luar kawasan lindung. Temuan terbaru ini pun menjadi pengingat betapa pentingnya upaya konservasi untuk menjaga keberadaan salah satu bunga paling misterius di dunia ini.(*)

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index