Belem, sorotkabar.com - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan Turki akan menjadi tuan rumah Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP31) tahun depan.
Sementara itu, Australia akan memimpin konferensi negosiasi antarpemerintah.
Keputusan ini diambil setelah tercapai kompromi pada COP30 yang sedang digelar di Belem, Brasil.
Pada 2022 lalu, Australia dan Turki sama-sama mengajukan diri menjadi tuan rumah COP31, sehingga menimbulkan ketegangan karena tidak ada negara yang bersedia mengalah.
Albanese mengatakan kedua belah pihak kini sepakat Turki akan menjadi ketua Presidensi COP31, sementara agenda pra-COP akan digelar di Pasifik dan Australia akan memimpin negosiasi.
“Apa yang berhasil kami capai merupakan kemenangan besar bagi Australia dan Turki,” kata Albanese kepada Australian Broadcasting Corp Radio, Kamis (20/11/2025).
Kedua negara tersebut kini bekerja selama satu tahun untuk menyelenggarakan acara yang akan menarik puluhan ribu peserta dari seluruh dunia.
Mereka juga harus melakukan upaya diplomatik selama berbulan-bulan demi mencapai konsensus terkait isu perubahan iklim.
“Masih banyak yang perlu didiskusikan. Akan sangat baik bila Australia mendapatkan semuanya, tetapi kami tidak bisa mendapatkan semua.
Ini penting untuk mencapai kesepakatan,” kata Menteri Perubahan Iklim dan Energi Australia Chris Bowen pada COP30, dilansir dari laman Reuters.
Pemerintah Turki belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar. Australia sebelumnya mempromosikan konsep “COP Pasifik” untuk menjadi tuan rumah COP31, bekerja sama dengan negara-negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Australia menyebut telah menggelontorkan sekitar 7 juta dolar Australia atau 4,5 juta dolar AS untuk persiapan menjadi tuan rumah.
Langkah ini menunjukkan kepercayaan diri Negeri Kangguru karena memperoleh dukungan dari banyak negara Pasifik.
Sementara Turki mengatakan, sebagai negara berkembang mereka dapat mempromosikan solidaritas antara negara kaya dan miskin dalam isu global.
Pada awal pekan ini, Albanese menolak usulan Turki untuk menggelar COP31 secara co-host atau tuan rumah bersama, dengan alasan skema tersebut tidak ada dalam prosedur PBB.
Seorang sumber yang mengetahui dinamika perundingan Australia–Turki menyebut ada kebingungan mengenai pengaturan dalam menjalankan negosiasi iklim, termasuk apakah pembagian tanggung jawab diperbolehkan berdasarkan aturan PBB yang mengharuskan satu negara memimpin.
Sumber tersebut menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media.(*)