Harga Cabai Melonjak, Pengamat Sebut BUMD Pangan Jadi Solusi Konkret Atasi Inflasi Riau

Harga Cabai Melonjak, Pengamat Sebut BUMD Pangan Jadi Solusi Konkret Atasi Inflasi Riau
Harga Cabai Melonjak, Pengamat Sebut BUMD Pangan Jadi Solusi Konkret Atasi Inflasi RiauIlustrasi/ckp

Pekanbaru, sorotkabar. com - Pengamat Ekonomi Universitas Riau, Dahlan Tampubolon, menyoroti lonjakan harga cabai yang kembali terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Menurutnya, kenaikan harga komoditas pangan ini menjadi bukti nyata bahwa ketahanan pangan di Riau masih sangat rentan.

Ia menjelaskan berdasarkan data inflasi September 2025 yang baru dirilis, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan signifikan sebesar 10,79 persen setahun. 

Kelompok tersebut menjadi penyumbang andil inflasi terbesar, yakni mencapai 3,42 persen dari total inflasi daerah. 

"Jelas ini sudah bukan persoalan sepele. Ini menunjukkan bahwa harga makanan lah yang paling cepat kali menggerus daya beli rakyat Riau, sebab kita harus alokasikan uang yang lebih besar untuk urusan perut,” ujar Dahlan, Sabtu (11/10/2025).

Ia menyebut komoditas seperti cabai merah dan cabai hijau menjadi pemicu utama kenaikan inflasi baik secara tahunan maupun bulanan. Selain cabai, komoditas lain seperti bawang merah, daging ayam ras dan beras juga ikut melonjak. 

“Kondisi ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan lokal kita sangat rentan. Kalau suplai dari luar terganggu sedikit saja, harga langsung melonjak tak wajar,” jelasnya.

Sebagai solusi konkret, ia mendorong agar pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pangan di Riau segera direalisasikan. Menurutnya, kehadiran BUMD ini sangat penting untuk menjaga stabilitas harga dan menjamin ketersediaan stok pangan di daerah.

“BUMD Pangan jangan cuma jadi wacana. Tapi  sudah wajib dilaksanakan sebagai langkah konkret. BUMD harus jadi benteng pertahanan terhadap guncangan harga dan berfungsi sebagai penyangga stok (buffer stock),” tambahnya.

Dahlan menilai, BUMD dapat berperan sebagai off-taker, yakni membeli hasil panen petani lokal saat produksi melimpah agar harga tidak anjlok, kemudian menyimpannya dengan baik untuk kebutuhan saat pasokan menipis.

Saat harga di pasar melonjak tak wajar, BUMD bisa melakukan intervensi dengan melepas stoknya ke pasar sesuai harga yang telah ditetapkan.

“Kalau strategi intervensi stok ini dijalankan dengan tepat, inflasi pangan bisa diredam secara signifikan.

Jadi, gak ada lagi la jurus harga naik gila-gilaan, gara-gara pasokan telat atau di main-mainkan tengkulak atau pedagang nakal,” tambahnya lagi.

Ia menegaskan bahwa BUMD juga perlu memangkas rantai pasok yang selama ini terlalu panjang dan mahal. Ia menyoroti tingginya biaya logistik akibat ketergantungan pasokan dari provinsi tetangga.

“BUMD harus bisa memperpendek jalur distribusi, langsung dari sentra produksi ke pasar di Riau.

Selain itu, investasi pada gudang pendingin (cold storage) dan gudang penyimpanan modern juga wajib dilakukan untuk mencegah kerusakan stok,” katanya.

Ia juga menekankan bahwa BUMD Pangan harus dikelola secara profesional dan transparan agar tidak sekedar menjadi proyek tanpa hasil.

“Intinya, BUMD pangan ini harus dikelola profesional, lugas dan gak banyak cincong. Tugasnya jelas, stabilkan harga dan jamin ketersediaan stok pangan.

Dengan adanya BUMD yang kuat, petani lokal Riau bisa dapat kepastian harga jual, dan yang paling penting, rakyat Riau bisa dapat harga pangan yang stabil dan gak bikin pening lagi. Kalo BUMD ini berhasil, inflasi dari sektor pangan ini pasti bisa kita jinakkan,” tutupnya.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index