PAYAKUMBUH,sorotkabar. com -
Bumi Sikabu dan Teras sikabu, sebuah destinasi wisata alam yang memadukan kemewahan dengan keindahan perbukitan di Payakumbuh, semakin dikenal sebagai tempat wisata yang menawarkan pengalaman tak terlupakan.
Di balik kesuksesan destinasi ini, Komar, pengelola lokal, berperan penting dalam menjaga harmoni antara kenyamanan pengunjung dan kearifan lokal.
Bumi sikabu , yang berdiri sejak tahun 2018, menawarkan fasilitas lengkap seperti tenda mewah dengan tempat tidur empuk, kamar mandi pribadi, dan pemandangan hijau yang memanjakan mata.
Dengan harga Rp1.500.000 per malam, pengunjung tidak hanya disuguhi fasilitas mewah seperti air panas dan bathtub, tetapi juga makan malam dan sarapan pagi.
"Dari luar, vilanya terlihat biasa, tapi di dalamnya benar-benar mempesona. Kami ingin pengunjung merasa nyaman dan terpukau, sehingga mereka selalu ingin kembali," ujar Komar, pengelola Bumi Sikabu Minggu (16/9/2024).
Bumi Sikabu tak hanya populer di kalangan wisatawan lokal dari Riau, Padang, dan Jambi, tetapi juga berhasil menarik perhatian turis mancanegara dari Turki, Jerman, hingga negara Arab.
Pengelola juga memastikan kenyamanan pengunjung dengan menyediakan parkir gratis dan membebaskan pengunjung membawa makanan dari luar.
“Kami baru saja membuka paket wisata olahraga Trabas, yang menantang bagi mereka yang mencari pengalaman petualangan,” tambah Komar.
Komar menegaskan bahwa kearifan lokal sangat dijaga di Bumi Sikabu.
"Kami tidak mengizinkan pasangan yang tidak resmi menginap di sini, untuk menghindari hal-hal yang dapat mendatangkan musibah bagi nagari setempat," jelasnya.
Selain aktivitas seru seperti trekking, bersepeda, ATV, dan berkuda, Bumi Sikabu juga menawarkan pengalaman belajar bercocok tanam padi di sawah, menjadikannya pilihan tepat untuk liburan keluarga maupun pasangan.
“Tempat ini dikelola oleh warga setempat dengan ramah dan santun, sehingga banyak pengunjung
merasa betah dan ingin kembali. Kami selalu menjaga agar pengunjung merasa nyaman sekaligus menghormati nilai-nilai lokal,” pungkas Komar.(*)