Washington,sorotkabar.com - Penutupan pemerintah Amerika Serikat kembali terjadi dan memasuki fase krisis baru.
Gedung Putih memperingatkan bahwa PHK massal terhadap pegawai federal hanya tinggal menunggu waktu, seiring kebuntuan politik antara Partai Demokrat dan Partai Republik yang kian dalam.
Penutupan dimulai pada Rabu (1/10/2025) setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan anggaran. Partai Demokrat bersikeras mempertahankan subsidi perawatan kesehatan bagi jutaan warga, sementara Presiden Donald Trump dan Partai Republik menolak menjadikannya bagian dari paket pendanaan darurat.
“Jujur saja, jika hal ini berlarut-larut, kita harus memberhentikan banyak orang,” kata Wakil Presiden JD Vance saat konferensi pers di Gedung Putih, dikutip dari AP News pada Kamis (2/10/2025).
Diperkirakan 750.000 pegawai federal akan terdampak. Sebagian dirumahkan tanpa gaji, bahkan ada yang berisiko dipecat permanen.
Banyak kantor federal ditutup, sementara agenda pemerintahan Trump tetap memprioritaskan program deportasi dan memangkas layanan publik yang terkait pendidikan, lingkungan, hingga sosial.
Kebuntuan politik ini memicu saling tuding. Demokrat menyebut perjuangan mempertahankan subsidi kesehatan sebagai isu moral, sementara Republik menilai tuntutan tersebut hanya akan membebani pembayar pajak.
Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson, menyindir, “Saya berdoa agar mereka sadar".
Sebaliknya, Pemimpin Demokrat Hakeem Jeffries dan Senator Chuck Schumer menilai perilaku Trump “semakin tidak menentu” setelah presiden mengunggah video satir bernada ofensif yang menyulut kontroversi.
Ini adalah penutupan ketiga di bawah kepemimpinan Trump, sekaligus yang pertama sejak ia kembali ke Gedung Putih tahun ini. Rekor sebelumnya, pada 2018, berlangsung selama 35 hari, terlama dalam sejarah AS akibat perdebatan dana pembangunan tembok perbatasan.
Kini, kebuntuan politik menyoroti semakin tajamnya perpecahan antara kompromi bipartisan dengan politik garis keras. Perpecahan juga terlihat di tubuh Demokrat, setelah beberapa senatornya ikut mendukung rancangan Republik untuk menjaga pemerintah tetap buka tanpa tambahan subsidi.
Konsekuensi penutupan ini dirasakan langsung oleh rakyat Amerika. Ribuan pekerja pemerintah kehilangan pemasukan, tunjangan sosial tertunda, sementara layanan publik terganggu. Museum Smithsonian masih beroperasi sementara, tetapi taman nasional terancam ditutup karena kekurangan staf.
Sektor keuangan pun terguncang. Wall Street sempat merosot sebelum kembali naik, tetapi analis memperingatkan guncangan ekonomi lebih luas bisa terjadi bila kebuntuan tak segera berakhir.
Trump bahkan menginstruksikan Kantor Manajemen dan Anggaran untuk mempersiapkan skenario PHK permanen, bukan sekadar cuti sementara. Hal ini menandai pergeseran besar dalam strategi fiskal dibandingkan penutupan sebelumnya.
Upaya kompromi terakhir di Senat kembali gagal karena tidak mencapai 60 suara. Usulan perpanjangan subsidi kesehatan setahun pun hanya dianggap sebagai “salah satu ide” tanpa tindak lanjut jelas.
Dengan kedua belah pihak masih terpaku pada posisinya, belum ada tanda-tanda jalan keluar cepat. Dampak politik dan ekonomi diprediksi akan semakin besar seiring berlanjutnya penutupan pemerintah AS pada 2025.(*)