Rupiah Berpotensi Menguat Dipicu Risiko Shutdown Pemerintah AS

Rupiah Berpotensi Menguat Dipicu Risiko Shutdown Pemerintah AS

Jakarta,sorotkabar.com - Nilai tukar rupiah diprediksi bergerak menguat tipis pada perdagangan Rabu (1/10/2025), seiring meningkatnya ketidakpastian global akibat ancaman penutupan (shutdown) pemerintah federal Amerika Serikat (AS).

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan, rupiah berpotensi menguat dalam rentang Rp 16.620-Rp 16.670 per dolar AS, dipengaruhi tren pelemahan indeks dolar.

“Shutdown pemerintah AS yang dijadwalkan tengah malam waktu setempat menekan indeks dolar dan membuka ruang apresiasi rupiah,” ujar Rully dikutip dari Antara, Rabu (1/10/2025).

Hingga Rabu pagi, rupiah sempat melemah tipis 9 poin atau 0,05% ke level Rp 16.674 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.665.

Ketidakpastian politik di Washington meningkat setelah Senat AS gagal menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) belanja jangka pendek pada Selasa (30/9/2025) malam. Kegagalan ini membuat pemerintah federal menghadapi penutupan pertama dalam hampir tujuh tahun terakhir.

Perdebatan utama antara Partai Demokrat dan Republik berkisar pada kebijakan layanan kesehatan, termasuk subsidi dalam Undang-Undang Perawatan Terjangkau (Affordable Care Act). Demokrat mendesak adanya perpanjangan dan perluasan cakupan, sementara Republik menolaknya dan hanya ingin mempertahankan tingkat pendanaan saat ini.

Ketegangan semakin meningkat setelah Donald Trump mengancam akan melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran jika penutupan terjadi, sekaligus menyalahkan Partai Demokrat atas kebuntuan tersebut.

Menurut Rully, shutdown ini berpotensi menunda publikasi data ketenagakerjaan AS yang krusial bagi arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

“Dalam jangka pendek hal ini menambah ketidakpastian, sementara dalam jangka menengah panjang bisa menekan indeks dolar, memberi ruang bagi rupiah untuk menguat,” jelasnya.

Selain faktor global, pergerakan rupiah juga dipengaruhi data domestik. Pasar masih menunggu rilis inflasi September yang diperkirakan terkendali di 0,14% (month to month), serta neraca perdagangan yang diyakini tetap surplus.(*) 
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index