Korsel Bongkar Pengeras Suara Propaganda demi Redakan Ketegangan

Senin, 04 Agustus 2025 | 19:15:00 WIB
Pos jaga militer Korea Utara, pengeras suara (kanan atas), dan pos jaga militer Korea Selatan (bawah) terlihat dari Paju, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Senin, 4 Agustus 2025.

Seoul,sorotkabar.com – Korea Selatan mulai membongkar pengeras suara yang selama ini digunakan untuk menyiarkan lagu K-pop dan berita ke Korea Utara. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya pemerintahan baru Presiden Lee Jae-myung untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.

Siaran propaganda kedua negara telah dihentikan sejak Juni 2025 lalu, setelah Lee resmi menjabat sebagai presiden menggantikan pendahulunya yang dimakzulkan. Pada saat itu, Pyongyang juga menghentikan siaran suara aneh yang sebelumnya mengganggu warga di perbatasan.

“Mulai hari ini, militer telah mulai mencopot pengeras suara,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Lee Kyung-ho, Senin (4/8/2025).

Menurut Lee, langkah ini merupakan upaya praktis untuk menurunkan ketegangan, tanpa mengurangi kesiapan pertahanan. Semua perangkat pada sepanjang perbatasan akan dibongkar pada akhir pekan, meski jumlah pastinya tidak disebutkan.

Pemerintahan Lee berkomitmen untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara yang memburuk selama beberapa tahun terakhir, terutama setelah Pyongyang semakin menjalin kedekatan dengan Moskow sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Siaran propaganda dengan pengeras suara sebelumnya diaktifkan kembali sebagai tanggapan atas kiriman balon berisi sampah dari Korea Utara pada tahun lalu. Namun, Lee memerintahkan penghentian siaran sebagai bagian dari upaya memulihkan kepercayaan dan mengurangi ketegangan.

Korea Utara sendiri belum menunjukkan sikap terbuka terhadap upaya ini. “Jika Korea Selatan berharap dapat membalikkan semua hasil hanya dengan beberapa kata sentimental, itu adalah kesalahan perhitungan serius,” kata Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, pekan lalu.

Presiden Lee menyatakan kesediaan mengadakan perundingan tanpa prasyarat, berbeda dengan pendekatan keras pemerintahan sebelumnya. Kedua negara secara teknis masih berperang karena konflik Korea 1950–1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Meski tantangan diplomatik masih besar, langkah awal pembongkaran pengeras suara ini menjadi sinyal positif dari Seoul untuk memperbaiki hubungan dan mengurangi potensi ketegangan di kawasan.(*)

Halaman :

Terkini