Kapal Selam Nuklir AS Bergerak, Retorika Trump Bisa Memicu Ketegangan Baru dengan Rusia

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 20:30:30 WIB
Presiden AS Donald Trump.

Amerika Serikat,sorotkabar.com – Perseteruan verbal antara dua tokoh kuat dunia, Donald Trump dan Dmitry Medvedev, kini menjalar ke ranah militer dengan dampak yang tak bisa dianggap sepele. Presiden AS Donald Trump, Jumat (1/8/2025), memerintahkan dua kapal selam nuklir bergerak ke posisi strategis usai perang kata yang memanas dengan mantan Presiden Rusia tersebut.

Trump menyebut pernyataan Medvedev sebagai “sangat provokatif” dan merespons dengan perintah penempatan kapal selam untuk “berjaga-jaga”. “Kata-kata sangat penting dan dapat membawa konsekuensi yang tidak diinginkan,” tulis Trump di platform Truth Social.

Meski tidak secara eksplisit menyebut apakah kapal selam tersebut bersenjata nuklir, manuver itu cukup untuk meningkatkan kekhawatiran global, terutama di tengah konflik Rusia–Ukraina yang masih membara.

Analis internasional menganggap langkah Trump sebagai bagian dari diplomasi tekanan, namun retorika seperti ini dapat memperkeruh ketegangan antara dua negara pemilik arsenal nuklir terbesar di dunia.

Pernyataan Medvedev yang memicu reaksi Trump, mengacu pada sistem nuklir otomatis Rusia era Perang Dingin yang dikenal sebagai “Tangan Mati”. Medvedev juga mengkritik ancaman sanksi baru Trump terhadap Rusia, menyebutnya sebagai “permainan ultimatum”.

Di sisi lain, pasukan Rusia terus melancarkan serangan ke Ukraina. Serangan drone dan rudal yang terjadi sepanjang Juli telah menewaskan ratusan warga sipil. Serangan terbaru di Kyiv, Kamis (31/7/2025), menewaskan 31 orang, termasuk lima anak-anak.

Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa syarat untuk menghentikan invasi tidak berubah: Ukraina harus melepas sebagian wilayahnya dan membatalkan rencana bergabung dengan NATO.

Dalam situasi yang sudah tegang, keputusan Trump untuk mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir—dengan atau tanpa senjata nuklir di dalamnya—memunculkan kekhawatiran bahwa retorika pribadi para pemimpin dunia kini semakin mendekati titik eskalasi nyata.(*)

Halaman :

Terkini