Diserang Druze, Suku Badui Sweida Mohon Bantuan ke Seantero Suriah

Jumat, 18 Juli 2025 | 20:23:26 WIB
Asap mengepul dari bentrokan antara pasukan pemerintah Suriah dan milisi Druze di kota Sweida, Suriah selatan, Selasa, 15 Juli 2025.

Damaskus,sorotkabar.com – Gencatan senjata di wilayah Sweida, selatan Suriah tak bertahan lama. Pemimpin suku badui di Suwayda mengeluarkan seruan kepada pejuang dari provinsi lain untuk menyelamatkan mereka dari serangan milisi Druze yang didukung Israel.

Suku-suku Badui yang telah bentrok dengan pejuang Druze di sekitar kota Sweida pada pekan ini menyerukan kepada suku-suku lain di seluruh Suriah untuk datang dan bergabung dengan mereka, menyusul kembalinya kekerasan di sana.

Aljazirah memverifikasi rekaman video yang menunjukkan pemimpin suku Abdul Moneim Al Naseef mengeluarkan seruan untuk meminta dukungan ketika ia dikelilingi oleh anggota suku bersenjata.

“Untuk mengusir bahaya dari orang-orang kami, dan sebagai tanggapan atas perintah Allah, kami mengarahkan seruan kepada suku-suku di semua provinsi Suriah untuk segera menuju ke Sweida untuk menyelamatkan orang-orang kami dari pembantaian dan pembersihan etnis,” katanya.

Suriah mulai menarik pasukan pemerintah dari provinsi tersebut pada Rabu malam setelah Israel melancarkan serangan ke Damaskus. Pihak Israel mengancam akan melancarkan serangan lebih besar jika pasukan Suriah tak ditarik dari Sweida.

Kementerian Dalam Negeri Suriah mengatakan bahwa pasukan keamanan sedang bersiap-siap untuk dikerahkan kembali ke provinsi Sweida untuk memadamkan pertempuran yang kembali terjadi antara suku Druze dan Badui.

Sebuah sumber di kementerian mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil setelah adanya permintaan bantuan dari penduduk setempat. Kepresidenan Suriah juga menuduh para pejuang Druze melanggar gencatan senjata yang telah menyebabkan penarikan pasukan pemerintah.

Tentara Suriah telah memasuki Sweida pada awal pekan ini di tengah pertempuran sektarian antara Druze dan Badui, yang dilaporkan dimulai setelah orang-orang bersenjata Badui menyerang seorang penjual sayur Druze pada Ahad.

Namun, para saksi mata melaporkan bahwa pasukan pemerintah bergabung dengan suku Badui dalam menyerang para pejuang Druze dan warga sipil dalam sebuah serangan berdarah di seluruh kota, yang dikatakan telah menewaskan lebih dari 300 orang.

Keluarga-keluarga meninggalkan daerah itu, membawa barang-barang mereka, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ini perkembangan yang sangat berbahaya di Suriah pascaruntuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.

Provinsi Sweida kembali menjadi medan pertempuran. Suku Badui memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap faksi Druze, Dewan Militer Sweida, yang mereka tuduh telah melakukan pelanggaran dan kekerasan terhadap warga sipil menyusul penarikan pasukan pemerintah awal pekan ini.

Keluarga-keluarga meninggalkan daerah itu, membawa barang-barang mereka, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ini perkembangan yang sangat berbahaya di Suriah pascaruntuhnya pemerintahan Bashar al-Assad.

Gamal Mansour, seorang ilmuwan politik di Universitas Toronto, mengatakan kepada Aljazirah bahwa bentrokan antara pejuang Druze dengan pasukan pemerintah dan suku-suku Badui di Suriah selatan telah memberikan alasan bagi Israel untuk melakukan intervensi dan menuntut penarikan pasukan Suriah dari selatan, sementara Israel memperluas perbatasan keamanannya lebih jauh.

“Suku Druze hanyalah alat,” kata Mansour. “Ini memberi Israel kesempatan untuk menegakkan, sekali lagi, hegemoninya atas wilayah tersebut.”

Ia mengatakan bahwa kekerasan di Suwada memberikan “alasan yang baik bagi Israel untuk mengatakan: ‘Lihat, inilah mengapa kami ingin Anda menegakkan doktrin keamanan kami, inilah mengapa kami ingin Anda melakukan hal-hal tertentu’.” Fakta bahwa tindakan Israel juga menarik dukungan bagi pemerintah dari kaum Druze Israel hanyalah “keuntungan sampingan”, katanya.(*)

Halaman :

Terkini