Konflik Iran-Israel Memanas, KTT G7 di Kanada Dibayangi Ketegangan

Minggu, 15 Juni 2025 | 19:51:45 WIB
PM Inggris Keir Starmer, salah satu pemimpin dunia yang hadir di KTT G7 Kanada, Minggu 15 Juni 2025. (AP News)

Kananaskis,sorotkabar.com - Ketegangan geopolitik global kini mengarah ke puncaknya saat para pemimpin negara-negara besar dunia berkumpul di KTT G7 yang digelar di Canadian Rockies, Kanada, Minggu (15/6/2025).

Pertemuan ini berlangsung di tengah eskalasi konflik militer antara Iran dan Israel, serta ketidakpastian akibat perang dagang yang belum selesai antara Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Dengan serangan Israel ke infrastruktur Iran yang menewaskan puluhan warga sipil dan pembalasan rudal Iran ke Tel Aviv yang menewaskan 10 orang, para pemimpin dunia menyadari bahwa dunia kini berada di tepi krisis yang dapat meletus menjadi perang regional atau bahkan global.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dalam perjalanan menuju Kanada mengatakan, dia telah melakukan pembicaraan intensif dengan Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan sejumlah pemimpin dunia untuk mendorong deeskalasi konflik Timur Tengah.

“Kami mengakui hak Israel untuk membela diri, tetapi saya sangat yakin situasi ini harus diredakan. Risikonya terlalu besar, tidak hanya bagi kawasan tetapi juga dunia,” kata Starmer, seperti dikutip dari AP News.

Sebagai bentuk respons awal, Inggris mengirimkan jet tempur dan bantuan militer ke kawasan Timur Tengah sebagai bagian dari upaya perlindungan dan kesiapsiagaan.

Trump sebagai 'Kartu Liar'

Sementara para pemimpin G7 bersiap membahas isu perdagangan, keamanan, dan perubahan iklim, kehadiran Donald Trump yang kembali menjabat sebagai presiden AS menjadi sumber ketegangan tersendiri.

Sebagai tuan rumah KTT, Perdana Menteri Kanada Mark Carney memutuskan tidak akan merilis komunike bersama, menandakan potensi minimnya kesepakatan akibat perbedaan tajam antarpemimpin, khususnya terkait sikap Trump yang kontroversial.

“Trump tidak suka diskusi meja bundar. Ia lebih suka pertemuan satu lawan satu, di mana ia bisa bermain dominan,” ujar Peter Boehm, veteran enam pertemuan puncak G7 asal Kanada.

Trump bahkan sempat memicu kehebohan dengan mengusulkan Kanada menjadi negara bagian ke-51 AS, serta mengeklaim niat untuk mengambil alih Greenland, sebuah wacana yang ditanggapi dingin oleh para pemimpin Eropa.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjukkan ketegasan diplomatik dengan melakukan kunjungan simbolis ke Greenland sebelum tiba di Kanada.

Ia bertemu dengan para pemimpin lokal dan pejabat Denmark, seolah memberikan sinyal bahwa wilayah Arktik bukan mainan geopolitik bagi kekuatan besar mana pun.

Macron, meski dikenal sebagai salah satu pemimpin Eropa yang paling lama menjalin komunikasi dengan Trump, sejauh ini gagal melunakkan kebijakan Trump, terutama soal tarif terhadap Uni Eropa dan kebijakan luar negeri yang tidak dapat diprediksi.

Ukraina Tetap Jadi Agenda

Di tengah krisis baru di Timur Tengah, perang Rusia-Ukraina tetap menjadi topik penting dalam pertemuan G7. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dijadwalkan hadir dan akan bertemu dengan Donald Trump,  pertemuan yang ditunggu-tunggu karena ketegangan politik antara keduanya sejak kunjungan terakhir Zelenskyy ke Washington.

Meski Inggris dan AS mengumumkan kesepakatan perdagangan pada Mei 2025 lalu, hubungan antaranggota G7 masih diwarnai ketidakpastian, terutama karena Trump belum memberi jaminan konkret untuk keamanan Ukraina.

Kanada Tetap Tenang, Eropa Waspada

Carney mendapat pujian dari mantan PM Kanada Jean Chrétien atas sikapnya yang tenang menghadapi sikap Trump yang fluktuatif. Chrétien mengingatkan para pemimpin untuk tidak terprovokasi.

“Jika Trump ingin menciptakan sensasi, biarkan saja. Teruskan pembicaraan seperti biasa,” katanya.

Sementara itu, Jerman, Italia, dan Jepang berusaha menjaga agar G7 tidak berubah menjadi “enam lawan satu”, menggambarkan Trump sebagai sosok di luar barisan negara-negara maju lainnya.

KTT G7 tahun ini bukan sekadar forum ekonomi. Dunia kini menyaksikan apakah para pemimpin global dapat mencegah dua konflik besar, yakni satu di Timur Tengah dan satu di Eropa, dari menjalar menjadi perang berkepanjangan.

Dengan Trump sebagai faktor tak terduga, konflik Iran-Israel yang memanas, dan masa depan keamanan Ukraina yang belum pasti, Canadian Rockies menjadi titik pertemuan kepentingan geopolitik yang rawan meledak.(*) 
 

Terkini