Jakarta,SorotKabar.com - Pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, yang akan mengembalikan penjurusan di SMA menuai pro dan kontra di masyarakat. Tak sedikit yang kecewa dengan kebijakan itu.
Kekecewaan itu disalurkan lewat karangan bunga yang dikirim ke kantor Mu'ti di Jakarta. Sebanyak lima karangan bunga 'mejeng' di depan Gedung Kemendikasmen.
Sejumlah tulisan di dalam karangan bunga itu, seperti 'Jangan korbankan siswa demi balas dendam kebijakan'; 'Uji publik bukan formalitas, anak kami bukan percobaan'; 'Pendidikan butuh kepemimpinan bukan ego pribadi'; 'Pendidikan bukan tentang rezim, tapi keberlanjutan'; dan 'Gerakan masyarakat 5.0 menolak pendidikan 2.0, karena masa depan butuh inovasi, bukan nostalgia'.
Nantinya, siswa mesti memilih lagi jurusan di SMA, yakni IPA, IPS, atau Bahasa. Kebijakan ini rencananya diberlakukan mulai Tahun Ajaran Baru 2025/2026.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menilai penghapusan jurusan tidak relevan dengan keberlanjutan jenjang pendidikan. Pemilihan jurusan akan segera diformalkan dalam waktu dekat melalui peraturan menteri.
"Ini bocoran, jurusan akan kita hidupkan lagi, nanti akan ada jurusan IPA, IPS, dan Bahasa," kata Mu'ti di Jakarta Jumat, 11 April 2025.
Pengamat pendidikan sekaligus CEO Jurusanku, Ina Liem, menilai pengembalian jurusan di SMA merupakan sebuah kemunduran bagi pendidikan di Indonesia. Ia merasa tak menemukan alasan logis di balik kebijakan ini.
"Jelas sebuah kemunduran. Saya tidak menemukan alasan logis di balik kebijakan ini," kata Ina kepada Medcom.id, Senin, 14 April 2025.
Dia menduga kuat kebijakan ini memperkuat sentimen kebijakan antar menteri. Dalam hal ini, mantan Mendikbduristek Nadiem Makarim menghapus jurusan dan Mendikdasmen Abdul Mu'ti yang menghidupkannya kembali.
"Sulit ditangkis anggapan bahwa menteri sekarang masih ada kecenderungan sakit hati dengan menteri sebelumnya, sehingga kebijakan yang dibuat atas dasar yang penting membatalkan apa pun yang dilakukan Mas Nadiem," sebut dia.(*)