PTPN Inisiasi Program PSR Intercropping Padi untuk Dukung Swasembada Pangan Nasional

Selasa, 26 November 2024 | 14:13:40 WIB
Dirut PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani dan Dirut PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa di tengah bibit sawit di salah satu sentra bibit di Riau.

Pekanbaru,sorotkabar.com – Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melalui subholding PT Perkebunan Nusantara IV menginisiasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dengan konsep intercropping menggunakan tanaman padi gogo.

Program ini menjadi bagian dari upaya strategis mendukung ketahanan pangan nasional.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, mengungkapkan bahwa dari total 16,38 juta hektare kebun sawit di Indonesia, 42 persen atau sekitar 6,94 juta hektare merupakan kebun sawit rakyat.

“Dari luasan tersebut, sekitar 2,8 juta hektare sawit rakyat saat ini sudah berusia di atas 25 tahun dan perlu segera diremajakan,” ujar Abdul Ghani dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (26/11/2024).

Ia menambahkan, selama proses peremajaan sawit rakyat, lahan biasanya dalam kondisi "idle" hingga tanaman menghasilkan kembali, yang memakan waktu sekitar dua setengah tahun. Untuk itu, PTPN berkolaborasi dengan Kementerian BUMN, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, serta lembaga terkait, meluncurkan program intercropping untuk memanfaatkan lahan selama masa peremajaan tersebut.

“Pada areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) tahun pertama dan kedua, padi gogo bisa ditanam sebagai tanaman sela. Potensinya besar untuk mendukung swasembada pangan yang dicanangkan Presiden,” jelasnya.

Pilot Project Dimulai di Kabupaten Siak

Program ini melibatkan peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN). Sebagai langkah awal, pilot project akan dilaksanakan di lahan PSR binaan PTPN IV (PalmCo) di Kampung Berumbung Baru, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau.

Direktur PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menjelaskan bahwa pada tahap awal, program akan mencakup 60 hektare lahan PSR. Dari total luas tersebut, sekitar 20 hektare akan ditanami padi gogo melalui mekanisme intercropping.

“Padi gogo dipilih karena cocok untuk lahan non-irigasi. Jenis ini dapat ditanam di ladang atau kebun tanpa memerlukan sistem pengairan khusus,” kata Jatmiko.

Hingga 2029, PTPN IV menargetkan pengelolaan ribuan hektare PSR dengan pola intercropping padi gogo. “Jika berhasil, ini akan menjadi solusi mencetak sawah tanpa perlu ekstensifikasi lahan baru,” tambahnya.

Untuk mencapai hasil yang optimal, program ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk kementerian, BPDPKS, pemerintah daerah, lembaga riset, produsen bibit dan pupuk, serta kelembagaan petani.

“Kami sangat berterima kasih kepada IPB dan RPN yang telah melakukan riset mendalam, serta kementerian terkait yang mendukung peluncuran program ini,” ujar Jatmiko.

Sementara itu, Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, menyebutkan bahwa kajian tentang intercropping padi gogo di lahan PSR menunjukkan potensi besar dalam mendukung swasembada beras. “Sekitar 470 ribu hektare lahan PSR dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tambahan 1,1 juta ton beras per tahun,” ujarnya. (*)
 

Terkini