Hadapi Tantangan 2026, Fikom Umri Dorong Mahasiswa Jadi Generasi Melek Media

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:49:43 WIB
Hadapi tantangan 2026, Fikom Umri dorong mahasiswa jadi generasi melek media (foto/rivo)

Pekanbaru,sorotkabar.com - Pesatnya perkembangan teknologi media massa di era digital membawa dua sisi sekaligus, yakni peluang besar dan tantangan serius. Di tengah melesatnya arus informasi, kemampuan melek media menjadi kebutuhan mutlak, terutama bagi generasi muda yang akan terjun langsung ke dunia komunikasi dan industri media.

Pesan ini mengemuka dalam Dialog Media yang digelar media online Detaksatu bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) serta PT Riau Petroleum (Perseroda) di Aula Fikom Umri, Senin (29/12/2025).

Dialog yang dipandu wartawan senior Ridwan Alkalam, SPi ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dekan Fikom Umri Jayus, S.Sos, M.IKom dan praktisi media sekaligus Pengurus JMSI Pusat, Satria Utama Batubara, S.IP. Kegiatan tersebut mengusung tema "Penguatan Sinergi Media dalam Menghadapi Tantangan dan Peluang Tahun 2026".

Dekan Fikom Umri, Jayus, menegaskan pentingnya mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk terus mengembangkan kapasitas diri agar tidak kalah bersaing setelah lulus.

Menurutnya, kemajuan media massa saat ini tak bisa dilepaskan dari kehadiran Generative Artificial Intelligence (GenAI) yang mengubah cara produksi, distribusi, hingga konsumsi informasi.

"Suka atau tidak suka, kita berhadapan dengan situasi yang mengharuskan kita terus mengembangkan diri," tegas Jayus di hadapan mahasiswa.

Ia juga mendorong mahasiswa memahami manajemen media, kolaborasi, hingga strategi monetisasi digital. Kemampuan multitasking dinilai menjadi keharusan, agar platform media sosial maupun website tidak hanya menjadi sarana berekspresi, tetapi juga sumber penghasilan yang nyata.

Sementara itu, Satria Utama Batubara menekankan pentingnya membangun kesadaran kritis di tengah derasnya arus informasi digital. Ia menilai, eksistensi media massa konvensional saat ini terus tergerus oleh media sosial yang bergerak lebih cepat dan masif.

Meski demikian, Satria menegaskan bahwa kecanggihan Artificial Intelligence tidak serta-merta mampu menggantikan peran manusia sebagai penyampai informasi yang beretika dan bertanggung jawab.

"Teknologi boleh canggih, tapi kebijaksanaan dan kehati-hatian tetap kunci utama," ujarnya.

Dialog berlangsung interaktif, ditandai dengan antusiasme mahasiswa yang aktif bertanya seputar peran AI, masa depan media, hingga tantangan profesi komunikasi ke depan. Dua mahasiswa penanya mendapatkan penjelasan komprehensif langsung dari kedua narasumber.

Melalui kegiatan ini, diharapkan bisa menjadi bekal penting bagi mahasiswa, khususnya calon sarjana Ilmu Komunikasi, agar siap menghadapi dinamika dunia media dan komunikasi di tahun 2026 dan seterusnya.(*)

Halaman :

Terkini