China Tolak Terikat Perjanjian Pengendalian Senjata Nuklir: AS Harus Penuhi Tanggung Jawab

Sabtu, 08 November 2025 | 16:33:22 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning memberi isyarat saat konferensi pers di Kementerian Luar Negeri di Beijing, China, 24 Maret 2023.

Beijing,sorotkabar.com - Pemerintah China menolak jika harus disertakan dalam perjanjian pengendalian senjata nuklir. Beijing mengeklaim, persenjataan nuklirnya tak sebanding dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

"Kekuatan nuklir China tidak setara dengan AS dan Rusia; akan tidak adil, tidak masuk akal, dan tidak praktis pada tahap ini untuk mewajibkan China bergabung dalam perundingan pengendalian senjata nuklir," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, seperti dilaporkan Global Times, Jumat (7/11/2025).

Mao menilai, karena AS merupakan negara kekuatan nuklir terbesar, upaya pelucutan harus dimulai darinya. "Sebagai negara dengan persenjataan nuklir terbesar, AS harus sungguh-sungguh memenuhi tanggung jawab khusus dan utamanya untuk pelucutan senjata nuklir, mengurangi lebih lanjut dan secara substansial cadangan nuklirnya, dan menciptakan kondisi untuk mencapai pelucutan senjata nuklir yang komprehensif dan tuntas," ujarnya.

Komentar Mao tersebut muncul setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa bahwa dia telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping tentang denuklirisasi. Menurut Trump, itu akan menjadi hal luar biasa.

"Kita bisa meledakkan dunia 150 kali. Tidak perlu. Saya sudah bicara dengan Presiden Putin tentang hal itu, saya sudah bicara dengan Presiden Xi tentang hal itu; dan semua orang ingin menghabiskan semua uang itu untuk hal lain," kata Gedung Putih dalam unggahannya di X mengutip pernyataan Trump.

Bulan lalu Vladimir Putin mengungkapkan, negaranya akan segera merilis persenjataan jenis baru. Putin mengatakan, senjata tersebut telah menunjukkan hasil positif dalam proses uji coba.

"Saya yakin kami akan segera dapat mengumumkan senjata baru yang telah kami sebutkan sebelumnya. Sistem ini saat ini sedang dalam tahap pengembangan dan pengujian di negara kami. Uji coba berjalan dengan baik," ucap Putin dalam sebuah konferensi pers, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Jumat (10/10/2025).

Putin menambahkan, Rusia telah memiliki persenjataan canggih dalam komponen antarbenua, angkatan laut, dan udaranya. Dia pun memuji sistem penangkal nuklir milik Rusia.

"Modernitas kekuatan penangkal nuklir kami melampaui negara bersenjata nuklir lainnya. Kami sedang giat mengembangkan semua sistem ini, semua yang saya sebutkan di tahun-tahun sebelumnya, dan sedang menyelesaikannya," kata Putin.

Putin pun sempat menyinggung tentang New Strategic Arms Reduction Treaty (New START). Dia mengatakan, masih ada waktu hingga Februari 2026 untuk memperpanjang perjanjian tersebut. Menurutnya, hal itu bergantung pada iktikad AS.

"Jika Amerika percaya bahwa mereka tidak membutuhkannya, maka Rusia tidak masalah. Kami memiliki segalanya yang berjalan sesuai rencana dalam hal ini," ucap Putin.

New START adalah perjanjian kontrol senjata yang dijalin Rusia dan AS sejak 2010. Masa aktifnya seharusnya berakhir pada 5 Februari 2021, tapi kedua negara sepakat memperpanjangnya hingga lima tahun. Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.(*)

Halaman :

Terkini