Bahaya Tersembunyi di Sekitar Kita: Dampak Mikroplastik bagi Kesehatan

Senin, 27 Oktober 2025 | 23:33:39 WIB
Bahaya Tersembunyi di Sekitar Kita: Dampak Mikroplastik bagi Kesehatan(antara)

Jakarta,sorotkabar.com - Mikroplastik, fragmen plastik yang berukuran kurang dari 5 mm, bisa membahayakan kesehatan manusia kalau sampai masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Dalam jangka panjang, paparan mikroplastik yang berpeluang mengandung bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan gangguan hormon, peradangan, dan masalah pernafasan.

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof. Tjandra Yoga Aditama saat dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Senin menyampaikan bahwa mikroplastik bisa masuk sampai ke paru-paru dan menyebabkan kerusakan.

"Data ilmiah dari luar negeri jelas menunjukkan ditemukannya partikel mikroplastik pada dahak dan bahkan jaringan paru manusia. Ini karena ukuran partikelnya kecil, sehingga dapat masuk jauh ke dalam paru-paru," katanya.

Kalau sampai masuk ke paru-paru, ia menjelaskan, partikel mikroplastik dapat menyebabkan peradangan, kerusakan sel, dan disfungsi barier epitel.

Menyusul temuan mikroplastik pada sampel air hujan, dia menyampaikan perlunya meminimalkan peluang terpapar polutan itu pada musim penghujan.

"Dalam hal ini yang perlu kita antisipasi adalah informasi BMKG bahwa musim hujan akan segera meningkat di hari-hari mendatang," katanya.

Selain itu, dia menyarankan pemerintah mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh pencemaran mikroplastik terhadap kejadian penyakit paru-paru seperti asma, penyakit paru-paru obstruktif kronis, fibrosis paru-paru, hingga emfisema.

Dia juga mengemukakan perlunya penelitian mengenai bagaimana mikroplastik masuk dan menyebar ke tubuh manusia serta mekanisme untuk membersihkan saluran pernafasan yang terpapar mikroplastik.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova sebelumnya menyampaikan bahwa penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Jakarta.

"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka. Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain," ia menjelaskan.

Peneliti menemukan rata-rata 15 partikel mikroplastik per meter persegi area per hari pada sampel air hujan di kawasan pesisir Jakarta.

Menurut Reza, ini ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik yang terbawa angin turun kembali bersama air hujan.

Guna menekan polusi mikroplastik dan risiko paparannya, penggunaan produk plastik harus diminimalkan.

Setiap individu bisa berpartisipasi dalam upaya ini dengan membuat pilihan-pilihan yang bertanggung jawab dalam menggunakan produk, misalnya mengurangi penggunaan plastik dan barang-barang dengan lapisan plastik serta pakaian berbahan sintetis.(*) 
 

Terkini