Jakarta,sorotkabar.com - Kepercayaan investor terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi sorotan setelah muncul dugaan adanya praktik nakal di tubuh perusahaan pelat merah. Menanggapi hal tersebut, Danantara diminta memperketat pengawasan agar transparansi dan integritas keuangan BUMN tetap terjaga.
Peringatan ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Telisa Aulia Falianty menyusul pernyataan CEO Danantara, Rosan Roeslani yang sebelumnya mengungkap adanya praktik rekayasa laporan keuangan dan kecurangan (fraud) oleh sejumlah petinggi BUMN.
“Dengan adanya Danantara, diharapkan pengawasannya bisa lebih baik dan profesional. Karena Danantara dikawal oleh para profesional,” ujar Telisa saat dihubungi Beritasatu.com, Senin (27/10/2025).
Menurut Telisa, tanggung jawab utama dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan BUMN berada di tangan direksi, terutama direktur utama dan direktur keuangan. Sementara itu, komisaris berperan sebagai pengawas untuk memastikan laporan yang disusun direksi akurat dan sesuai standar akuntansi.
“Perlu disebutkan bahwa praktik rekayasa laporan ini umumnya dilakukan oleh direksi, mungkin untuk mempercantik laporan, tetapi tidak bisa digeneralisasi,” jelasnya.
Telisa menekankan, selain Danantara, komisaris BUMN juga harus lebih tegas dalam menjalankan fungsi pengawasan. Ia menilai, besarnya gaji para komisaris harus sejalan dengan tanggung jawab dan kinerja mereka dalam menjaga tata kelola perusahaan yang sehat.
Ia menambahkan, praktik manipulasi laporan keuangan di kalangan BUMN bukanlah hal baru. Meski sudah banyak upaya dilakukan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan, masih saja ada oknum yang mencoba bermain di area abu-abu.
“Sudah ada berbagai upaya untuk menjaga tata kelola dan mengontrol praktik-praktik semacam itu, meski dalam praktiknya tetap selalu ada oknum,” pungkas Telisa.
Dengan meningkatnya peran Danantara sebagai lembaga pengelola dan pengawas BUMN, publik berharap pengawasan yang dilakukan bisa lebih transparan, akuntabel, dan berbasis profesionalisme agar kepercayaan investor terhadap BUMN tetap kuat.(*)