Kasus Siswa Merokok Meningkat, Mendikdasmen: Pendekatan Struktural Tak Cukup, Saatnya Kultural

Rabu, 22 Oktober 2025 | 22:09:42 WIB
ilustrasi anak laki-laki merokok (goriau)

Jakarta, sorotkabar.com– Lonjakan perilaku merokok di kalangan pelajar kembali menjadi perhatian serius Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti. 

Ia menilai maraknya siswa SMA yang merokok di lingkungan sekolah mencerminkan gagalnya pendekatan lama yang hanya berfokus pada hukuman dan larangan.

“Masalah ini bukan hal baru, tapi makin mengkhawatirkan. Artinya, ada yang belum berjalan efektif dari cara kita menangani,” ujar Muti di Jakarta, Rabu (22/10/2025). 

Ia menekankan bahwa Indonesia kini berada di peringkat tinggi dalam jumlah perokok muda di dunia, sebuah fakta yang harus menjadi alarm bagi semua pihak, termasuk sekolah dan orang tua.

“Dampaknya bukan hanya bagi kesehatan perokok aktif, tapi juga bagi teman-temannya yang menjadi perokok pasif. Ini ancaman nyata bagi kualitas generasi muda,” tegas Muti.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, kata dia, telah memiliki aturan sekolah tanpa rokok, melarang penjualan, promosi, maupun aktivitas merokok di lingkungan pendidikan. Namun, implementasinya dinilai masih kaku dan formalistik.

“Aturan itu bagus, tapi pendekatannya perlu diubah. Kami tidak ingin hanya menakuti siswa dengan sanksi. Kami ingin membangun kesadaran,” ujarnya.

Muti menyebut, ke depan kementerian akan memperkuat kerja sama dengan Pusat Penguatan Karakter agar kebijakan sekolah tanpa rokok bisa dijalankan lebih efektif dan partisipatif.

“Kami ingin sekolah tidak sekadar menegakkan aturan, tapi membangun budaya. OSIS, guru, dan siswa lain harus dilibatkan agar muncul gerakan dari dalam, bukan tekanan dari atas,” tutur Muti.

Menurutnya, perubahan perilaku remaja tidak bisa hanya mengandalkan larangan, melainkan perlu pendekatan kultural dan humanis yang menyentuh pola pikir dan kesadaran moral.

“Kalau siswa sadar bahwa merokok merugikan dirinya sendiri dan orang lain, itu jauh lebih kuat dari sekadar takut dihukum,” katanya.

Muti juga meminta sekolah untuk lebih terbuka dan aktif memberikan pendidikan kesehatan dan karakter yang membahas bahaya rokok secara nyata, bukan hanya lewat poster atau peringatan lisan.

Ia berharap keterlibatan siswa melalui OSIS dan komunitas sekolah bisa menciptakan ruang dialog antar pelajar. “Kalau pelajar sendiri yang menolak rokok, budaya sehat itu akan tumbuh alami,” ujar Muti.

Selain di sekolah, Muti menegaskan pentingnya peran keluarga dan masyarakat. “Kalau di rumah anak dibiarkan melihat orang dewasa merokok, pesan dari sekolah akan kehilangan makna,” tambahnya.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa perang melawan rokok di kalangan pelajar bukan hanya soal disiplin, tetapi soal masa depan bangsa. “Kalau generasi muda sehat, pendidikan kuat, maka masa depan negara juga kuat,” ucapnya. (*) 
 

Terkini