Kebiasaan Olahraga Ini Bisa Cegah Pikun

Kebiasaan Olahraga Ini Bisa Cegah Pikun
Ilustrasi : Olahraga lari

Jakarta - Keterkaitan olahraga dan kesehatan otak sudah banyak dibahas dalam berbagai penelitian. Belum lama ini, ilmuwan dalam penelitian terbarunya mengungkapkan jenis olahraga yang meningkatkan fungsi otak pada lansia bahkan hingga lima tahun.

Peneliti dari Universitas Queensland, Australia ingin melihat bagaimana tetap aktif beraktivitas dapat mencegah demensia dan khususnya seberapa banyak olahraga yang diperlukan untuk membuat perbedaan pada penurunan kognitif.

Penelitian ini mengikuti penelitian sebelumnya yang menunjukkan bagaimana olahraga dapat membalikkan penurunan kognitif pada seekor tikus yang kemudian mengaktifkan meningkatkan pertumbuhan sel induk. Hal itu kemudian meningkatkan produksi neuron baru di bagian otak yang berkaitan dengan pembelajaran dan memori.

Dalam penelitian baru ini, tim ilmuwan menemukan bahwa high intensity interval training (HIIT) yang dilakukan selama enam bulan dapat meningkatkan perbaikan otak dan mempertahankan ketajaman kognitif untuk tahun-tahun berikutnya.

"Latihan HIIT selama enam bulan sudah cukup untuk membalikkan keadaan," kata ahli saraf Universitas Queensland, Perry Bartlett dikutip dari Science Alert, Minggu (21/7/2024).

HIIT merupakan metode yang dilakukan dengan menggabungkan latihan bersifat aerobik intensitas lebih tinggi secara berulang dan singkat dalam satu latihan. Fokusnya adalah untuk memvariasikan latihan dari rendah ke sedang, atau sedang ke tinggi sebelum kembali lagi.

Sebagai contoh misalnya ketika berlari, intensitas atau kecepatan ditingkatkan lebih keras selama 20 detik hingga beberapa menit saja, sebelum akhirnya kembali ke intensitas yang lebih ringan. Hal tersebut dilakukan beberapa kali dalam satu periode olahraga.

Selain berlari, latihan HIIT juga bisa diterapkan pada jalan cepat, bersepeda, naik tangga, mendayung, hingga senam.

Dalam studi yang dilakukan 151 peserta berusia 65-85 tahun dibagi menjadi tiga kelompok olahraga dalam enam bulan, meliputi latihan intensitas rendah (peregangan), latihan intensitas sedang (jalan cepat di treadmill), dan intensitas tinggi (latihan maksimal seperti bersepeda). Dari hasil tersebut, peneliti lantas melihat bagaimana hasil pemindaian otak dan sampel darah dari keseluruhan responden. Ditemukan hanya kelompok HIIT yang menunjukkan tanda-tanda kognitif setelah program latihan.

"Kami memantau mereka lima tahun setelah program tersebut dan yang luar biasa adalah kemampuan kognisi mereka masih terus meningkat meskipun tidak terus melakukan latihan," kata ahli saraf Daniel Blackmore.

Analisis lebih mendalam perlu dilakukan untuk memahami lebih lanjut manfaat otak dan mekanisme biologis yang mungkin berperan.

Tim juga ingin melihat bagaimana faktor genetik dapat mempengaruhi hubungan ini pada kelompok orang yang lebih besar. Reaksi setiap orang terhadap olahraga berbeda-beda, jadi dalam beberapa kasus, HIIT mungkin saja tidak membantu.

Namun, berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat lebih banyak bukti bahwa rutinitas olahraga dapat digunakan untuk membantu melawan peningkatan angka demensia yang kerap ditemukan pada lansia. Efek perlindungannya lebih lama dari yang diperkirakan.

"Jika kita dapat mengubah pola penuaan dan menjaga kesehatan kognitif lebih lama dengan intervensi sederhana seperti olahraga, kita berpotensi menyelamatkan komunitas kita dari dampak pribadi, ekonomi, dan sosial yang sangat besar yang terkait dengan demensia," tandas Bartlett.
 

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index